DALAM kalender liturgi Gereja Katolik, setiap tanggal 31 Mei dirayakan sebagai Pesta Santa Maria Mengunjungi Elisabet Saudarinya. Pakaian dan warna liturgi yang dipergunakan adalah putih. Putih melambangkan kesucian dan kemurnian hati.
Bersamaan dengan perayaan sukacita Maria mengunjungi Elisabet tersebut, Seminari Tinggi Santo Mikael Penfui, Kupang, Nusa Tenggara Timur menahbiskan 24 orang frater menjadi Diakon. Peristiwa seperti ini sudah menjadi tradisi atau kebiasaan di lembaga pendidikan calon imam ini setiap tahun.
Siapakah Diakon itu: arti dan asal usul
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata Diakon merupakan nomina (n) atau kata benda yang digunakan khusus dalam bidang atau lingkungan agama Katolik yaitu rohaniwan yang sudah mendapat tahbisan yang pertama (tingkatnya di bawah imam).
Sedangkan menurut Kamus Teologi Katolik, kata 'diakon' berasal dari bahasa Latin yang berarti pelayan atau melayani. Sudah dipakai atau dikenal sejak zaman para rasul.
Perjanjian Baru menceritakan bahwa pada suatu ketika para rasul meminta semua murid untuk memilih tujuh orang dari antara mereka menjadi diakon yang bertugas untuk melayani meja, supaya para rasul memusatkan pikiran pada doa dan pelayanan Firman (Kis 6:1-6).
Berdasarkan tradisi rasuli ini, pada abad-abad berikutnya Gereja mulai mengenal adanya uskup, imam dan diakon sebagai tokoh-tokoh yang secara resmi menjadi pemimpin dan pelayan umat yang disebut hierarki.
Konsili Vatikan II (1962-1965), khususnya dalam Konstitusi Dogmatik Lumen Gentium (Terang Bangsa-bangsa) artikel 29 dikatakan, "Pada tingkat hierarki yang lebih rendah terdapat para diakon, yang ditumpangi tangan 'bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan".
Menurut Buku Iman Katolik, para diakon juga pembantu uskup, tetapi tidak mewakilinya. Sebab para uskup mempunyai dua macam pembantu yaitu pembantu umum disebut imam; dan pembantu khusus disebut diakon.
Atau dengan kata lain, bisa dikatakan juga bahwa diakon adalah pembantu uskup dengan tugas terbatas. Karena itulah maka tahbisan diakon juga disebut 'tahbisan rendah', karena dia ada pada tingkat hierarki yang lebih rendah.