Lihat ke Halaman Asli

Yosef MLHello

Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Suka Dukaku Menulis Skripsi di Era 90-an

Diperbarui: 7 Mei 2023   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi tips mengerjakan skripsi (SINDONews)

BAGI SAYA topik pilihan Kompasiana ini menarik. Mengapa demikian? Saat ini di tengah berbagai kemudahan baik dalam hal menemukan sumber referensi, membuat penelitian maupun melakukan penulisan, ternyata bagi banyak orang masih mengalami kesulitan. Pada hal segala macam kemudahan itu selalu berada di depan mata. Karena itulah, saya merasa terdorong untuk membagikan pengalamanku perihal menulis skripsi 30 tahun silam.

Saya termasuk salah seorang dari sekian banyak orang yang menyelesaikan pendidikan bertahap-tahap. Maksudnya begini. Tahun 1991 saya menyelesaikan program D3.  Pada saat itu, sebelum menempuh ujian universum saya dan teman-teman mesti terlebih dahulu menyelesaikan makalah akhir. 

Menurut wikipedia.com, makalah ilmiah merupakan sebuah makalah yang membahas suatu permasalahan dari hasil studi ilmiah. Isi dari makalah jenis ini tidak boleh semata-mata berdasarkan pendapat atau opini yang bersifat subyektif. 

Ya betul. Pada saat itu, kami 'disuruh' oleh dosen untuk mencari dan menemukan buku referensi, minimal 3 buku utama di mana salah satunya harus berbahasa Inggris. 

Kira-kira proses untuk menyelesaikan makalah akhir itu sama seperti menulis skripsi. Hanya saja bedanya bahwa makalah itu tidak dibuat per-orang tetapi dibagi dalam kelompok yang terdiri dari tiga orang. Sekali lagi kesulitannya hampir sama dengan menulis skripsi.

Setelah menulis makalah, kami harus mempertahankan isi penulisan makalah tersebut dalam sesi ujian makalah. Sekali lagi sesi ujian ini hampir sama dengan ujian skripsi. Perbedaannya terletak pada saat ujian, kami diuji secara berkelompok yang terdiri dari tiga orang tersebut. Setelah mempertahankan makalah tersebut, baru kami bisa mempersiapkan diri untuk ujian universum.

Setelah bekerja selama tiga tahun di lapangan atau medan karya, saya harus kembali lagi ke kampus untuk menempuh program Strata satu alias S1 pada almamaterku.

Singkat cerita pada tahun 1996, saya harus lagi berkutat dengan penulisan skripsi. Tentu saja skripsi berbeda dengan makalah. Kalau makalah, kami harus bekerja kelompok. Sekarang skripsi harus bekerja sendiri. 

Menurut Dr. Marcel Bria (2002), penulisan skripsi merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi seorang mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana di bidang studinya.  Skripsi itu sendiri merupakan suatu istilah yang digunakan di Indonesia, untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku.

Kalau menulis makalah, kami tidak perlu melakukan penelitian, kini ketika menulis skripsi, saya harus melakukan penelitian lapangan. Itulah bedanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline