Puasa bukan sekedar menahan lapar dan haus, tetapi terlebih secara spiritual mengurangi porsi makan yang seharusnya disantap seseorang, dengan tujuan rohani dan kemanusiaan yaitu untuk membantu orang-orang miskin.
Sesuai tradisi Gereja, umat Kristen khususnya Katolik pada hari Rabu tanggal 22 Februari 2023 ini akan memasuki masa khusus yang disebut Masa Prapaskah atau Masa Puasa. Pada hari Rabu yang disebut Rabu Abu itu, umat Kristiani resmi memasuki bulan puasa selama 40 hari yang akan berpuncak pada hari Jumat Agung yaitu tanggal 7 April 2023, hari wafatnya Yesus Kristus yang diimani sebagai Tuhan dan Juruselamat manusia. Masa ini berakhir dengan mahkota kemuliaan yaitu Kebangkitan Tuhan dari kubur-Nya mengalahkan dosa dan maut.
Disebut Rabu Abu, karena untuk membuka masa khusus ini, umat Katolik ditandai dengan abu pada dahi mereka masing-masing untuk mengingatkan bahwa manusia berasal dari abu dan akan kembali ke abu. Penerimaan abu ini juga sebagai tanda tobat.
Selama masa Prapaskah atau Masa Puasa seluruh umat Katolik mengisinya dengan berbagai kegiatan rohani yang bertujuan untuk semakin mendalami imannya kepada Tuhan dan mengobarkan semangat tobat atas segala dosa-dosanya.
Seluruh masa ini disebut juga masa Ret-Ret Agung karena selama 40 hari umat Katolik akan melakukan puasa dan pantang serta askese atau mati raga sebagai upaya untuk mengejar kesempurnaan diri sesuai teladan Yesus Kristus.
Untuk melaksanakan puasa dan pantang secara baik dan benar agar mendatangkan keselamatan, umat Kristiani diharapkan untuk melakukan 5 (lima) hal ini, yakni:
Satu, Menahan Diri untuk Tidak Melakukan Dosa Berat
Tahan diri adalah suatu usaha konkret yang sederhana, namun berat. Sederhana karena tidak membutuhkan pengeluaran atau uang. Namun berat karena berhubungan dengan naluri dan nafsu. Karena itu dibutuhkan ketekunan dan komitmen. Menahan diri untuk tidak melakukan dosa yang berat merupakan kewajiban seorang beriman. Bunda gereja meminta para umatnya untuk pada masa tobat ini menjauhi ha-hal yang dilarang yaitu melakukan dosa yang berat, sebab dengan itu semakin memberatkan salib yang harus dipikul oleh Tuhan sendiri. Sebab Tuhan bersabda, "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah" (Mat 26: 40-41). Dengan menahan diri, kita dapat terhindar dari dosa dengan kata-kata dan perbuatan yang tercela. Termasuk di dalamnya adalah menahan diri untuk tidak makan dan minum berlebihan yang tidak sesuai dengan tuntutan gereja dan kehendak Tuhan. Dalam hal ini menurut Paus Fransiskus termasuk didalamnya puasa mengeluarkan kata-kata yang menyerang dan mengubah kata-kata itu dengan perkataan yang manis dan lembut. Sanggupkah kita untuk melaksanakan hal ini?
Dua, Menghadiri Misa Lebih Sering
Selama masa ret-ret agung ini, bunda Gereja terus menghimbau dan meminta para umatnya untuk memperbanyak perbuatan-perbuatan baik dan mengurangi dosa. Salah satu hal yang diminta adalah menghadiri perayaan ekaristi atau misa kudus selama masa Prapaskah. Tujuannya adalah supaya semakin mendekatkan diri dengan Tuhan, mendengarkan dan merenungkan Firman-Nya dan dengan demikian menjauhi dosa. Kalau selama masa biasa, seorang umat Katolik jarang mengikuti misa, maka pada masa ret-ret agung ini, diminta untuk lebih sering mengikuti perayaan Ekaristi kudus.
Diharapkan dengan menghadiri misa dengan lebih sering selama masa puasa akan menambah kedalaman kerohanian sehingga dapat semakin menguduskan diri. Dengan menghadiri misa lebih sering selama masa puasa, akan semakin menguatkan iman untuk melakukan puasa dan pantang pada waktunya.