Lihat ke Halaman Asli

Yosef MLHello

Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Program Malaria Perdhaki Atambua Resmi Ditutup

Diperbarui: 31 Desember 2022   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Mengakhiri tahun biasanya orang mengisinya dengan berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan itu selalu dirancang sedemikian sehingga orang mengalami suasana yang baru, yang berbeda dari biasanya. 

Tidak jarang orang memilih untuk tidak semata-mata berada dalam ruangan yang tertutup. Karena itu banyak orang memilih untuk melakukan refreshing di luar ruang atau gedung. 

Ruang terbuka yang selalu menjadi pilihan, misalnya di puncak, taman, kebun ataupun di pantai. Demikian pun yang dialami staf SSR Perdhaki Atambua. Setelah menjalani program pemberantasan malaria di kabupaten Belu dan Malaka, mereka akan menutup kegiatannya. Untuk itu mereka memilih melakukan barbeque di pantai Pasir Putih Belu.

Mengenal Program Malaria Perdhaki

Program Malaria Perdhaki telah dimulai sejak 7 tahun yang lalu, tepatnya pada Desember 2015. Perdhaki singkatan dari  Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia, merupakan asosiasi dari karya kesehatan Katolik di Indonesia nirlaba (not for profit). Perdhaki berdiri pada 27 Juli 1972. 

Perdhaki beranggotakan para dokter, perawat, bidan dan unit-unit kesehatan swasta Katolik yang terdiri dari 37 Perdhaki Wilayah di seluruh Indonesia.  Perdhaki sendiri telah banyak terlibat dalam program kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah program Malaria Perdhaki.

Program malaria Perdhaki ini dibiayai oleh Global Fund yang dimulai sejak Desember 2015. Tujuan dari program ini adalah untuk membantu pemerintah Indonesia, termasuk di Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka untuk mempercepat program eliminasi malaria. 

Dari evaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 2022 lalu, Dinas Kesehatan Kabupaten Belu sudah memastikan bahwa eliminasi malaria di Kabupaten Belu akan terjadi pada tahun 2023. Sedangkan Kabupaten Malaka, menurut laporan Dinas Kesehatannya, memastikan eliminasi Malaria Kabupaten Malaka akan terjadi pada tahun 2025. Propinsi NTT akan eliminasi malaria pada tahun 2027. Dan Indonesia sendiri akan menjadi negara dengan eliminasi malaria pada tahun 2030.

Sub-Sub Recipient (SSR) Malaria Perdhaki Wilayah Keuskupan Atambua berada di bawah Sub Recipient (SR) Perdhaki Wilayah Keuskupan Agung Kupang yang meliputi 3 SSR yaitu Atambua, Alor dan Sumba.

SSR Perdhaki Wilayah Keuskupan Atambua sendiri meliputi 16 unit kesehatan swasta dan 5 UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) berlokasi di 2 Kabupaten: Belu dan Malaka. 2 UKBM di Kabupaten Belu yakni UKBM Manleten di Kecamatan Tasifeto Timur dan UKBM Tukuneno di Kecamatan Tasifeto Barat; dan 3 UKBM di Kabupaten Malaka yakni UKBM Nunponi, UKBM Weseben dan UKBM Alkani. 

Selama hampir 5 sampai 7 tahun mereka menyisir semua lokasi dalam wilayah desa-desa tersebut yang menjadi endemis malaria dengan kegiatan upaya pencegahan malaria, mulai dari penemuan kasus yang tinggi pada awal program atau tingkat API yang tinggi atau merah hingga tidak ada lagi penemuan kasus malaria dengan tingkat API rendah atau hijau.  Karena itulah maka pada akhir tahun 2022 ini SSR Perdhaki akan mengakhiri program malarianya dan menyerahkan kembali penanganan malaria kepada Dinas Kesehatan Kabupaten.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline