Kalau seseorang yang bukan perokok membaca peringatan pemerintah pada bungkus rokok sudah pasti akan merasa takut. Apalagi gambar yang ditampilkan boleh dikatakan sangat mengerikan. Bayangkan saja merokok dapat mengakibatkan lubang pada tenggorokan seseorang. Sungguh sangat mengerikan dan menakutkan melihatnya.
Tetapi itu tidak terjadi pada seorang perokok. Peringatan pemerintah perihal bahaya merokok dianggapnya angin lalu saja. Mereka tetap membeli rokok dan mengisapnya, meskipun tulisan peringatan terang-terang ada pada bungkusan rokok tersebut.
Ada seorang perokok yang pernah secara guyon mengatakan, "Merokok mati, tidak merokok pun mati. Lebih baik merokok sampai mati!" Saya tahu guyonan seperti ini sangat tidak mendidik, terutama pada generasi muda yang masih polos di mana mereka perlu dibimbing untuk bisa menghindarkan diri dari bahaya merokok itu.
Tapi apa boleh buat, di tengah zaman yang terlalu menekankan kebebasan individu tersebut, kita hargai saja pendapat yang demikian.
Kemarin, saya bertamu pada rumah tetangga yang kebetulan juga tidak merokok. Setelah kami berbincang-bincang seadanya, datanglah seorang tetangga lain yang termasuk seorang perokok berat. Sambil terbatuk-batuk ia menarik dalam-dalam sebatang rokok.
Spontan pemilik rumah berkata, "Batuknya oho-oho, tapi tidak bisa lepas rokok!" Spontan pula ia menjawab bahwa merokok itu sesuatu yang sangat nikmat. "Dan itu kamu yang tidak merokok tidak bisa merasakannya", katanya.
Setelah mendengar jawaban sang perokok tersebut, penulis berusaha untuk mencari referensi ilmiah yang menjelaskan tentang nikmatnya rokok itu. Penulis berusaha mencari pada buku-buku dan berselancar pada internet. Apakah yang menyebabkan nikmat pada rokok itu?
Seorang Peneliti dari University of Bristol menemukan jawaban atas pertanyaan apakah alasan ilmiah nikmatnya rokok itu. Jawaban itu katanya diperoleh setelah ia mengamati kebiasaan merokok sambil minum kopi.
Penelitian yang dilakukan terhadap 250.000 partisipan yang tersebar di tiga negara: Inggris, Norwegia dan Den Mark itu, akhirnya menyimpulkan bahwa seorang perokok sudah pasti seorang peminum kopi. Maka, menurut Prof. Marcus Munafo, mereka yang perokok akan lebih banyak juga mengonsumsi kopi, dan hal itu hanya terjadi bila mereka sedang merokok.
Lain lagi dengan penelitian yang dilakukan dengan kocak oleh Memet sebagaimana dikabarkan dalam TINTAJABAR.COM mengatakan meskipun rokok itu merupakan racun, namun merokok itu nikmat. "Rokok emang nikmat. Merokok emang menambah konsentrasi", katanya. Karena itulah maka lebih dari 50% pelajar SMP dan SMA sudah mulai mencoba dan bahkan menjadi pencandu rokok.