Lihat ke Halaman Asli

Yosef MLHello

Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Musim Hujan Telah Tiba dalam Pandangan Para Petani Tradisional Timor

Diperbarui: 6 Oktober 2022   16:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hujan turun membasahi bumi (sumber: BMKG)

Para Kompasianer yang budiman. Minggu lalu saya pernah menurunkan sebuah tulisan dengan judul : "Musim Kemarau Memuncak, Waspadai Kebakaran Hutan dan Lahan".  Dan memang betul, saat itu bumi terasa panas mendidih sehingga gampang tersulut api, biar oleh sepuntung rokok saja. Kebakaran pun terjadi di mana-mana.

Namun perubahan musim itu terjadi cepat sekali. Hari-hari ini musim kemarau terasa hampir pergi. Bumi Timor mulai diguyur hujan. Apa gerangan yang terjadi? Apakah ini pertanda musim hujan telah tiba?

Menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim hujan pada tahun 2022/2023 akan datang lebih awal dari biasanya, dibandingkan dengan tahun-tahun yang lalu, yaitu kisaran bulan September hingga November 2022. Prediksi BMKG itu hampir 100% benar.  

Pandangan para Petani Timor mengenai Musim

Sebenarnya para petani mempunyai catatan mengenai iklimnya sendiri atau semacam kalender musimnya sendiri. Para petani tradisional di Timor misalnya, mereka tidak akan mudah percaya pada kata orang mengenai musim. Sebab mereka telah memiliki ketaatan pada musim yang telah mereka yakini betul bahwa saatnya telah tiba untuk menanam. Dan itu mereka sungguh percaya betul akan hal itu.

Sekurang-kurangnya ada tiga hal yang dipercayai oleh para petani Timor bahwa saat musim hujan telah tiba dan saatnya untuk mulai menanam kebunnya.

Pertama, Kol Ton (dalam Bahasa Dawan/Uab Meto) artinya "burung tahun" yaitu sejenis burung yang hanya berkicau pada awal musim hujan setiap tahun. 

Para petani tradisional Timor sungguh percaya apa bila sejenis burung tahun ini sudah berkicau maka tandanya musim untuk menanam telah tiba. Namun biarpun hujan turun lebat sekalipun, tapi mereka belum mendengar kicauan burung ini, tandanya musim hujan atau musim tanam belum tiba.

Hal ini masih melekat dengan salah satu sistem pertanian yang sampai saat ini masih ada segelintir petani mempraktekkannya yaitu pertanian tebas bakar atau ladang berpindah-pindah. Sistem pertanian ladang berpindah-pindah ini sangat berkaitan dengan pemahaman mereka bahwa setelah tanah diolah sebagai kebun atau ladang selama dua atau tiga tahun, ia tidak ada lagi humusnya sehingga harus ditinggalkan. Dan sebagai ganti mereka akan menebas hutan atau belukar yang baru. Jadi para petani Timor tidak akan mudah percaya bahwa musim hujan/musim tanam telah tiba, apabila mereka belum mendengar burung tahun (Kol Ton) itu bersuara/berkicau.

Kedua, Ken Neno ma Lotos (dalam bahasa Dawan/Uab Meto) artinya Bunyi Guntur dan Gemuruh. Dalam tutur adat ada kata-kata hikmat yang berbunyi: "Ken Neno na pipin kit.  Limat Kenat nabeten fin. Ton na hentiaben. Mtaekit pen fini aen fini", artinya guntur dan kilat bersahut-sahutan, tandanya musim tanam telah tiba, siapkan benih padi dan jagung untuk ditanam".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline