Tmeoup Tabua Kearifan Lokal Merawat Bumi
Masyarakat Dawan atau Atoin Meto sangat kaya dengan kearifan lokal karena bagi mereka kehidupan yang dijalaninya merupakan bagian dari kebijaksanaan.
Hal itu terlihat dari ungkapan-ungkapan ritmis dalam bahasa sastra Atoin Meto dengan ungkapan yang selalu berpadanan atau berpasangan, tidak ada yang tunggal, misalnya: "feto-mone, fetnai-nai mnuke, amo'et-apakaet": "bapak-mama, laki-laki-perempuan, pencipta-penyelenggara".
Atas dasar itu, penulis akan menampilkan kearifan lokal Atoin Meto dalam bingkai "Tmeoup tabua" sehubungan dengan upaya manusia untuk merawat bumi rumah kita bersama.
Ada tiga hal yakni pertama kata "Gotong royong" sebagai padanan dari "Tmeoup tabua"; kedua, pekerjaan merawat dan memelihara bumi sebagai kebajikan; dan ketiga, upaya merawat bumi rumah bersama sebagai tujuan.
1. Gotong Royong
"Tmeoup tabua" adalah suatu kearifan dari masyarakat suku Atoin Meto yang kiranya sama dan sepadan dengan kata 'Gotong royong' dalam masyarakat modern.
Kata 'Gotong royong' artinya bekerja bersama-sama (tolong - menolong, bantu - membantu). Bergotong royong berarti bersama-sama mengerjakan atau membuat sesuatu.
Dalam Uab Meto, perubahan arti hanya terjadi bila dihubungkan dengan subyek. Misalnya: Hai meoup mibua' artinya kami bekerja bersama-sama; Hi tmeoup tabua' artinya kita bekerja bersama-sama; Sin nmeoup nabuan artinya mereka bekerja bersama-sama.
Bagi orang Atoni Pah Meto, upaya merawat bumi rumah bersama adalah suatu kearifan dan kebajikan. Menurut Anton Bele, seorang peneliti pulau Timor yang terkenal dengan 4N: Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani atau Kwadran Bele, 2011, orang Timor adalah orang-orang yang arif dan bijaksana.
Sebab di mana manusia ada, di situ ia berfilsafat. Semua orang berfilsafat, bukan hanya segelintir orang. Orang Timor juga berfilsafat. Maka orang Timor juga bisa melakukan hal-hal yang besar seperti hidup bergotong royong untuk menjaga dan memelihara bumi ini.