Paskah bagi umat Nasrani merupakan hari kemenangan karena telah lulus ujian selama 40 hari melakukan pertobatan melalui actus puasa dan pantang. Dikatakan hari kemenangan karena selama masa Prapaskah, umat Nasrani juga menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang bersifat glamour seperti pesta pora dan berbagai keributan.
Praktek hidup ini sangat terasa betul pada daerah-daerah dan tempat-tempat misi yang kental dengan tradisi Katolik. Ada beberapa kota atau tempat di daerah Nusa Tenggara Timur yang sungguh menerapkan tradisi Katolik yang kental seperti Kota Reinha Larantuka di Flores Timur; Lahurus, tempat kelahiran Mgr. Gabriel Manek SVD di Kabupaten Belu; dan Kuan Kote-Noemuti di Timor Tengah Utara. Ketiga kota yang disebutkan di atas, selain kental dengan tradisi Katolik, saat ini masing-masing memiliki wisata religi yang sangat menarik.
Kota Reinha Larantuka sangat terkenal dengan tradisi wisata religi "Semana Santa" yang telah booming sejak beberapa tahun silam dan selama dua tahun pandemi "ditutup", tahun ini telah dibuka lagi. Di Kote, Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Noemuti di pulau Timor juga sudah beberapa tahun melestarikan kembali tradisi "Kure" sebagai wisata religi selama tri hari suci. Untuk lebih mengenal tradisi Kure, bisa datang saja ke Paroki HYMK Noemuti di Timor.
Kembali ke Paskah sebagai kemenangan atas actus puasa dan pantang umat Kristiani.
Menarik bahwa tahun 2022 ini puasa sebagai tradisi keagamaan hampir bersamaan waktu antara umat Islam dan Kristiani. Bedanya bahwa umat Kristiani sudah memulai puasa sejak tanggal 2 Maret melalui "Rabu Abu" atau penerimaan abu untuk menandai bahwa manusia adalah makluk rapuh yang berasal dari tanah dan akan kembali kepada tanah, sekaligus actus pertobatan. Sedangkan umat Islam baru membuka bulan puasa atau bulan ramadhan pada 2 April 2022.
Puncak dari puasa dan pantang umat Kristiani adalah Hari Raya Paskah yang didahului dengan peristiwa Jumat Agung yaitu wafatnya Tuhan Yesus Kristus, Sang Isa Almasih di atas kayu salib setelah mengalami siksaan dan penderitaan. Sebagaimana umat Kristiani tidak dapat merayakan Paskah tanpa melakoni puasa dan pantang; demikianlah juga tidak akan ada Kebangkitan tanpa Salib.
Kompendium Katekismus Gereja Katolik, no. 112 mengatakan:
"Misteri Paskah Yesus yang meliputi sengsara, wafat, kebangkitan dan pemuliaan-Nya, merupakan pusat iman kristen karena rencana Allah untuk menyelamatkan dunia telah terlaksana satu kali untuk selamanya melalui wafat Putera-Nya, Yesus Kristus".
Karena itu actus Paskah adalah hasil gemilang dari actus puasa dan pantang. Seorang umat kristiani yang baik, tidak akan merayakan Paskah sebagai kemenangan, apabila ia selama masa Prapaskah tidak menjalani dengan sungguh sesuai ajaran Gereja praktek puasa dan pantang. Mereka yang tidak menjalani dengan sunguh-sungguh ajaran Gereja, biasanya disebut atau dikenal dengan umat Kristiani Napas atau "natal-paskah". Istilah ini disematkan kepada mereka yang tidak menjalankan 10 perintah Allah dan ke-5 perintah Gereja dengan sungguh-sungguh.