Lihat ke Halaman Asli

Yosef MLHello

Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Sektor Pertanian dan Minat Para Milenial

Diperbarui: 7 November 2021   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebagai seorang yang tinggal di desa, saya kenal baik dengan para petani. Para tetangga saya semuanya adalah petani. Sayangnya bahwa mereka umumnya masih petani tradisional. Mungkin karena mereka adalah petani tradisional, maka anak-anaknya yang sudah kuliah tidak mau menjadi petani. Bahkan ada anak yang telah tamat kuliah sebagai Sarjana Pertanian; Sarjana Agrobisnis; Sarjana Teknologi Pertanian. 

Namun kenapa mereka tidak mau menjadi petani? Setelah ditelusuri, ternyata mereka memiliki pengalaman masa lalu yang kurang baik atau punya pandangan yang negatif terhadap sektor pertanian.

Umumnya mereka yang telah tamat pendidikan entah SMA atau Sarjana, mereka lebih suka menjadi pegawai di kantor, baik sebagai ASN ataupun sebagai Tenaga Kontrak (Teko). Bahkan ada yang lebih memilih menjadi Ojek, dari pada menjadi petani. 

Mereka berprinsip, mau bekerja apa saja, asal bukan petani. Hal ini karena petani dianggap pekerjaan kotor dan keras serta tidak menjanjikan dari segi pendapatan dan ekonomi.

Namun sebuah kabar yang menggembirakan. Di tengah masa pandemi covid 19 sektor pertanian mulai dilirik, termasuk oleh para milenial. Ketika pandemi memaksa banyak pihak harus bekerja dari rumah, menyebabkan banyak terjadi pemutusan hubungan kerja, justru pertanian menjadi pilihan baru dan menjanjikan. 

Sektor pertanian mulai bergeliat lagi.  Makin diminati para milenial. Sebuah pertanyaan mestinya dialamatkan kepada para petani milenial, yakni terobosan apa yang para petani milenial lakukan supaya sektor pertanian tetap eksis, supaya tidak ditinggalkan lagi? Untuk itu diperlukan terobosan-terobosan baru yang dilakukan para petani milenial, yakni:

Pertama, Menggunakan teknologi pertanian tepat guna. Inilah yang menjadi kelebihan dan sekaligus membedakannya dengan pertanian tradisional. Dengan menggunakan teknologi tepat guna dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan kualitas hasilnya pun tidak bisa diragukan lagi.

Kedua, Memadukan ilmu dan kreativitas.  Milenial ditandai dengan kreativitas. Orang yang tidak kreatif dianggap tidak bermutu. Karena itu selain ilmu pertanian yang dimiliki juga harus kreatif.

Ketiga, Mengembangkan Pertanian Organik.  Saat ini yang paling dibutuhkan dan laku dipasaran adalah pertanian organik. Orang semakin jenuh dengan berbagai produk kimia yang berakibat pada kesehatan.

Keempat, Membentuk komunitas produksi dan pemasaran bersama. Kelebihan yang harus dikembangkan oleh para petani milenial adalah pada organisasi jejaring. 

Dengan mempraktekkan keempat hal di atas, niscaya sektor pertanian terus maju dan para milenial kita semakin meminati pertanian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline