Lihat ke Halaman Asli

Yosef MLHello

Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

"Bapak/Ibu Guru, Kami Rindu Sekolah Kembali!"

Diperbarui: 30 Agustus 2021   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Anak-anak sekolah mulai dari SD, SMP hingga SMA seolah-olah tak bergairah menatap masa depan. Seakan-akan mereka sudah lupa pada jam sekolah, bunyi lonceng akan mulai maupun pertukaran jam pelajaran. Sebab hampir dua tahun sudah mereka tidak familyar lagi dengan hal-hal tersebut. Mereka sudah lupa mengenakan seragam bahkan hampir tak pernah memegang alat tulis. Selama hampir dua tahun ini, alat tulis sudah diganti dengan Handphone (HP). Ballpoint telah diganti dengan jari jemari mereka. Sedangkan buku atau kertas telah diganti dengan tuts-tuts dan layar hp untuk menulis. 

"Entah sampai kapan, hal ini akan terus terjadi?" Sebuah pertanyaan yang hampir tidak bisa dijawab oleh siapa pun. Bahkan Pak Menteri Pendidikan pun. Sebab siap yang bisa memprediksi, kapan berakhirnya masa pandemi ini? Bahkan melalui berbagai media sosial dan elektronik, kita mendengar pernyataan para pejabat, "Pandemi ini masih panjang"; "Mungkin kita terpaksa harus bersahabat dengan pandemi ini", dan lain-lain pernyataan yang membuat anak-anak semakin bingung.

Saya memperhatikan anak-anak yang setiap hari terpaksa harus bermain-main saja di halaman rumah. Mereka berkejaran seperti kami dulu ketika liburan. Pada hal sekarang sudah akhir bulan Agustus. Seharusnya sudah siap-siap untuk menghadapi Ujian Tengah Semester (UTS). Tapi apa yang terjadi, sekolah belum dibuka. Kita masih takut dengan pandemi. Kemarin saya dengar seorang Camat mengajukan pertanyaan kepada masyarakatnya. "Kamu pilih saja, mau bodoh atau sakit?" Sebuah pertanyaan bagi saya masih retoris. Sang camat bahkan menjawab sendiri, "Lebih baik bodoh daripada sakit atau mati!"

Anak saya yang kelas V Sekolah Dasar, pada suatu pagi bertanya kepada saya, 

"Bapak, hari ini kami sekolahkah?" 

Saya menjawab, "Masih pandemi nak, jadi kamu belum sekolah!" 

Ia melanjutkan dengan bertanya lagi, "Kalau begitu kapan ya kami bisa sekolah?"

"Tunggu saja nak,  kalau pandemi ini betul-betul sudah hilang, kamu pasti sekolah lagi!"

"Kapan ya, kami sudah rindu untuk sekolah lagi!"

"Mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang" seperti yang disenandungkan Ebiet G. Ade.

Bagi orang dewasa, seperti mereka yang kuliah, belajar mandiri mungkin tidak jadi soal. Tetapi yang menjadi persoalan adalah anak-anak. Bayangkan saja ketika masa normal saja guru mengalami kesulitan untuk membimbing mereka, apalagi mereka harus belajar mandiri. Tambah lagi belajar menggunakan HP. Selain terpengaruh dengan aplikasi dan notifikasi lain dalam HP, tetapi banyak anak tidak memiliki HP. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline