Lihat ke Halaman Asli

Yosef MLHello

Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Pengampunan Tanpa Batas

Diperbarui: 18 Agustus 2021   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pengampunan ada hubungannya dengan pengalaman masa lalu. Kemarin pasti ada sesuatu yang membekas di dalam hati. Terutama pengalaman yang kurang menyenangkan, dalam bentuk kata maupun tingkah laku atau perbuatan. 

Seringkali hal-hal itu entah disadari atau pun tidak disadari terbawa terus tanpa diakhiri dengan penyesalan dan permintaan maaf. Kalau hal ini tidak cepat ditangani maka akan menyebabkan luka batin. 

Karena itu, Sang Guru Yesus Kristus yang diimani oleh umat kristiani sebagai Tuhan dan Juruselamat itu mengajarkan bahwa  pengampunan itu harus tanpa batas. 

Ketika Petrus, salah seorang murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang sampai berapa kali kita harus mengampuni sesama saudara yang bersalah kepada kita. "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" (Mat 18:21).

Sang Guru mengatakan, "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali"  (Mat 18:22).

Mengapa bukan tujuh kali saja? 

Banyak guru mengajarkan bahwa kalau ada orang yang bersalah kepada kita. Kita hendaknya mengampuni dia, tetapi jumlahnya berapa kali, tidak disebutkan. 

Bahkan dalam tradisi orang Timor selalu disebutkan tiga kali. Ada lagu yang mengatakan, "satu kali masih baik, dua kali su mulai, tiga kali katong dua bakalai". Ini sering diartikan bahwa tingkat kesabaran seseorang ada batasnya. Kalau sudah sampai tiga kali bakal tidak baik.

Pembaca mungkin masih ingat ketika pada tanggal 13 Mei 1981, seorang pembunuh bayaran berkebangsaan Turki bernama Mehmet Ali Agca melakukan pencobaan pembunuhan terhadap  Paus Yohanes Paulus II (kini Santo Yohanes Paulus II) di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Ia menembak dan melukai Paus yang populer itu. 

Setelah Paus yang bernama asli Karol Wajtyla itu sembuh dari sakit akibat tembakan itu, beliau malah pergi mengunjungi sang penembaknya di penjara, berdoa dan mengampuninya. Ini sebuah contoh pengampunan tanpa batas.

Masih banyak lagi contoh-contoh pengampunan tanpa batas yang dilakukan banyak tokoh yang bertujuan untuk menggugah nurani kita untuk ikut memberikan pengampunan di mana perlu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline