Lihat ke Halaman Asli

If You Don't Like Your Job, Quit!

Diperbarui: 10 Mei 2019   05:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

"Kerjaan banyak, gaji segini-segini aja. Tiap bulan cuma sembilan juta. Cukup buat apa? Beli gorengan? Beuuuuhhhhh." Begitulah keluhan seorang karyawan outsourcing di tempat saya bekerja. Tak hanya satu, dua, atau tiga orang, beberapa di antara mereka, saat diajak ngobrol santai bekerja atau di luar dinas, selalu berkeluh kesah, namun tetap secara rutin melaksanakan tugas yang diberikan. Merasa disiksa, ditindas, dan diperas bak sapi perah. Ada yang sesekali berkeluh kesah, tapi kerjaannya bagus, lalu ada yang berkeluh kesah melulu, kerjaan seenak dewe, hasil nggak bagus-bagus amat, kalau di swasta pasti sudah dipecat. 

Sembilan juta yang dimaksud tentu bukan yang sebenarnya, namun sembilan ratus ribu. Kalau ditelisik, rata-rata karyawan outsourcing berpenghasilan minimal setara UMR masing-masing daerah. Rendah? Tapi itulah kenyataannnya. Perusahaan mampu memberi upah sekian, kalau dirasa sudah tidak cocok, mengundurkan diri saja. Gampang. 

Kebanyakan kita, saya amati, memandang buruk apa yang telah dimiliki saat ini, membanding-bandingkan dengan keadaan dahulu atau membandingkan dengan orang lain yang bernasib lebih mujur. Bahkan sebagian kenalan saya, nggak di status facebook, nggak di chattingan grup BBM, selalu mengolok-olok perusahaan tempat mereka mencari nafkah, seolah-olah apa yang ada saat ini tidak ada bagus-bagusnya, gaji kecil, menganggap yang ada sekarang manusia dungu, menyesal telah salah memilih perusahaan, dll. Kalau dalam agama Tuhan menyebutkan, jika kamu mensyukuri apa yang telah Aku berikan, maka Aku akan tambahkan nikmat yang lebih banyak lagi. Pertanyaannya, sudahkah kita selalu mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan? 

Saya paham, upah yang demikian memang tidak besar, apalagi bagi mereka yang sudah bekeluarga, bahkan memiliki anak, terasa sangat kecil. Kalau kata orang gajinya tiap bulan 9 koma, artinya tiap tanggal 9 sudah koma, hutang lagi kesana-sini. Namun, satu hal dan masih banyak hal-hal lain yang perlu direnungkan: sudahkah Anda bersyukur atas anugerah Yang Maha Kuasa? Tidakkah Anda menyadari bahwa itu merupakan nikmat atau mungkin ujian dari Tuhan? Pernahkan Anda bayangkan mereka yang tidak memiliki pekerjaan, dan sangat berharap bisa dapat pekerjaan yang Anda lakukan saat ini, lalu menerima upah? dan,, ah masih banyak lagi yang perlu direnungkan.... 

Kalau kita membandingkan sesuatu, jangan selalu dibandingkan dengan yang ada di atas, tapi juga lihat ke bawah, mungkin masih banyak mereka yang hidupnya ternyata sangat memprihatinkan, bahkan (maaf) harus bercucuran keringat dari pagi hingga petang demi mengumpulkan lima lembar uang ribuan, demi sesuap nasi untuk anak istri yang menunggu di rumah. 

Kepada rekan-rekan outsourcing, saya suka memberi motivasi dan semangat (bagi mereka yang mau berpikir terbuka dan masih mau dibentuk), bahwa hidup tidak hanya sampai di sini, roda kehidupan itu pasti akan terus berputar. Jika saat ini kita sedang ada di bawah, suatu saat bisa jadi akan berada di atas. Tak selamanya ulat itu menjadi kepompong, kalau sudah tiba waktunya pasti akan menjadi kupu-kupu yang indah. Yang pasti berdoa, berusaha, dan bersabar. Barangkali bisa ikut tes jadi pegawai tetap atau keluar dari perusahaan dan sukses di tempat lain. Kalau ingin kaya, misalnya jadi pengusaha. No problem, life is choice. Yang penting berusaha, mengeluh tak akan menyelesaikan masalah. Malah menimbulkan dosa dan murka Tuhan.

Satu hal yang saya amati, banyak mereka yang setiap hari dalam bekerja selalu mengeluh, mengolok-olok perusahaan tempat dia mencari nafkah, bahkan secara tidak langsung menyalahkan Tuhan, namun masih juga tetap bekerja di situ. Pertanyaannya: apakah rezeki yang diterima tersebut menjadi berkah di mata Tuhan dan bagi keluarga serta dirinya sendiri dan apakah pekerjaan yang telah ia lakukan itu dicatat sebagai amal ibadah? Saya rasa kalau sudah tidak ingin, tinggal buat surat pengunduran diri... Toh hidup adalah sebuah pilihan. Perusahaan mana pun pastinya tidak pernah meminta seseorang untuk mendaftar sebagai karyawan, namun mereka sendiri yang memohon untuk bekerja.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline