[caption id="attachment_333385" align="aligncenter" width="640" caption="Kondisi penumpang di Stasiun Karet pagi hari, Kamis (7/11) - foto Yos Asmat"][/caption]
Bagi pengguna jasa KRL Commuter Jabodetabek, khususnya penumpang yang naik dan turun dari stasiun Karet, pasti pernah kesal dengan kondisi ujung peron arah pintu keluar yang menyempit. Kalaupun tidak kesal, minimal pernah mengeluhkan kondisi antri dan berdesakan saat keluar peron stasiun. Kondisi tersebut terjadi terutama saat turun kereta dari arah Manggarai pada pagi hari.
Penyebab menyempitnya ujung peron arah pintu keluar karena terdapat dua bangunan yang mempersempit ruangan. Saat ini digunakan sebagai ruang keamanan dan kantor kepala stasiun. Awalnya, dua bangunan tersebut dibuat sebagai loket untuk pelayanan penjualan tiket. Namun kini berubah fungsi karena ruang loket sudah bergeser ke depan stasiun.
[caption id="attachment_333387" align="aligncenter" width="300" caption="Bangunan di ujung peron Stasiun Karet yang mempersempit jalan keluar peron arah Tanahabang (foto:Yos Asmat)"]
[/caption]
Penumpang stasiun Karet duhulu jumlahnya tidak sebanyak seperti sekarang ini. Namun seiring waktu berjalan, pengguna jasa KRL sudah mulai banayak yang naik dan turun dari stasiun Karet. Tentunya, kondisi penumpang yang padat saat turun dipagi hari membuat antrian dan desak-desakan, bahkan sebagin penumpang yang tidak sabar memilih melompat ke rel untuk menuju ke pintu keluar stasiun.
Kondisi tersebut tentu sangat membahayakan bagi penumpang itu sendiri terutama jika pada saat bersamaan ada kereta yang melintas dari arah Tanahabang Menuju Stasiun Manggarai. Jumlah petugas yang sedikit sepertinya tidak mampu melarang dan mengatur penumpang yang turun karena jumlahnya terlalu banyak.
Solusi yang tepat adalah dengan membongkar dua bangunan tersebutatau memindahkan ke tempat lain sehingga tidak mengurangi pelayanan kepada penumpang. Padahal jika dilihat kondisi lahan di stasiun Karet, masih terdapat ruang kosong yang dapat ditempati dua bangunan tersebut.
Bahkan di sisi peron arah Tanahabang masih terdapat tanah kosong yang dapat dimanfaatkan untuk perluasan stasiun Karet. Jika lahan tersebut masih milik pemerintah maka bisa langsung dilakukan pembebasan lahan, tentunya dengan melihat batas tanah milik negara atau bukan. Namun jikalahan atau tanah tersebut bukan milik negara maka pihak pemerintah dalam hal ini Ditjen Perkeretaapian dapat membeli lahan tersebut untuk mengembangan stasiun Karet.
Namun untuk saat ini, minimal dua bangunan yang berada di ujung peron arah pintu keluar cepat di bongkar atau dipindahkan sehingga akses penumpang saat turun dari KRL tidak terganggu. Semoga hal ini bisa terwujud.@ yos
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H