Lihat ke Halaman Asli

Iklan Rokok Tak Boleh Provokatif

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu malam, penulis pergi menyaksikan konser di Purna MTQ Pekanbaru, kebetulan malam itu ada konser, bintang tamu D’Massiv dan Armada Band. Banyak mobil dan sepeda motor parkir, malahan parkir melimpah sampai memakan jalan, hingga ada sedikit kemacetan. Yang datang, ada anak-anak, Bapak-bapak dan remaja, tapi lebih banyak remaja yang datang bersama teman-temanya.

Waktu itu penulis ingin masuk ke area konser, tapi datang dua orang Sales Promotion Girl (SPG), mereka menawarkan satu kotak berisi rokok lengkap dengan pemantiknya. Mereka bilang kalau mau masuk acara ini harus beli rokok tersebut. Harganya murah cuma 20 ribu rupiah. Tapi penulis tak mau beli karena penulis tidak merokok, mereka terus tawarkan, “Kalau ga untuk teman-temnya aja dek,” kata mereka.

Anehnya dalam konser itu ada anak-anak yang bisa saja masuk ke arena konser, padahal ini acara orang dewasa (17+) dan apalagi konser ini disponsori perushaan rokok, banyak stand jual rokok yang berada dimana-mana dalam area itu.

Penulis pikir ini tak sehat karena anak-anak, bebas saja masuk dalam kawasan rokok. Ini bisa membuat mindset anak-anak mudah dipengaruhi rokok karena mereka melihat orang merekok dimana saja. Bahkan ada remaja-remaja yang beli rokok ini untuk tiket masuk, bisa menikmati rokok yang mereka punya.

Saat ini iklan-iklan rokok terus masuk dalam kegiatan anak-anak muda, seperti kejadian diatas, kita tahu banyak produsen rokok menjadi sponsor utama untuk sebuah event, ya,seperti event musik yang dominan digandrungi oleh anak muda.

Bukan hanya dibidang musik saja, dalam event olahraga sekalipun, rokok tetap mejadi sponsor utama, ada juga rokok sudah masuk dunia pendidikan dengan memberikan beasiswa kepada pelajar dan mahasiswa.

Padahal kita tahu di dunia olahraga tak boleh ada iklan rokok atau menjadi sponsor, namun di Indonesia itu biasa saja, kemudian di pendidikan, beasiswa dari perusahaan rokok terus beragam dan memikat mahasiswa untuk bisa mendapatkannya juga sebgai ajang bergengsi.

Dari situ kita telah  kecolongan, selama ini produk yang dapat “Membunuh konsumennya sendiri” terus diedarkan disekitar kita, tampa disadari peminat rokok terus bertambah karena kita dicekoki dengan produk-produk ini dengan cara yang bergengsi, seperti yang disebutkan tadi.

Di Pekanbaru saja telah banyak event-event besar diadakan dan sponsornya dominan dari produk rokok, apalagi,seperti, spanduk, baliho dan reklame lainnya telah di penuhi iklan rokok,ada disetiap wilayah kota, bahkan para pengiklan memberikan plang nama ruko dengan sponsor mereka. Jadi iklan-iklan rokok telah banyak dilihat, bahkan anak-anak.

Menurut  data Komisi Perlindungan Anak (tahun 2008), perokok anak usia 13 sampai 15 tahun mencapai 26,8% dari total penduduk Indonesia (234 juta jiwa). Bahkan tren usia inisiasi merokok makin dini, yaitu lima sampai sembilan tahun, 1,9% anak yang justru merokok mulai usia 4 tahun.

Tak hanya karena faktor lingkungan yang mempengaruhi remaja bahkan anak-anak merokok diusia dini, faktor dari media juga mendukung terus marakaknya perokok dini. Melalui media, seperti iklan-iklan anak-anak terus dipengaruhi untuk merokok karena melihat di Indonesia iklan rokok di media cukup memukau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline