Siapa dalang di belakang pelaku kerusuhan 22 Mei 2019 masih tanda tanya. Kendati pernah dijanjikan Menko Polhukam, Wiranto, usai memimpin rapat koordinasi bersama Polri dan TNI, 10 Juni 2019 terkait situasi keamanan negara dan persiapan pengamanan sidang PHPU Pilpres di MK. Waktu itu Wiranto berjanji akan dibeberkan kepada publik esok harinya, 11 Juni 2019.
"Kita kan ingin penjelasan detail dan lengkap mengenai tokoh-tokoh yang ditangkap. Besok, jam 10.00 WIB, akan disampaikan oleh timnya yang berwenang," ujar Wiranto. "Besok itu bukan sekadar informasi saja. Tetapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) mereka juga," lanjutnya. (Kompas.com)
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo. Menurutnya, polisi sedang membagi peran pelaku yang ditangkap ke dalam beberapa kategori.
"Ini masih dibagi layer-nya, sebagian besar di layer 3-4, pelaku dan koordinator lapangan. Kalau layer 1-2 itu aktor intelektual, penyandang dana," ungkap Dedi, di Gedung Humas Mabes Polri beberapa hari sebelum pernyataan Wiranto.
Tanggal 11 Juni memang telah diadakan jumpa pers di media center Menko Polhukam. Selain Wiranto turut pula dihadiri oleh beberapa petinggi Polri dan TNI. Namun, apa yang diutarakan belum sampai pada aktor intelektual sebagai tokoh sentral maupun penyandang dana.
Namun, yang diungkap pada konferensi pers tersebut masih terbatas pada para tersangka yang mengaku diperintah dan dibayar oleh mantan Kepala Staf Kostrad Mayjen (Purn) Kivlan Zen untuk membunuh empat tokoh nasional dan Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya. Juga Habil Marati yang disebut-sebut sebagai pemberi dana sebagai upah dan dana operasional bagi para tersangka melalui KZ.
Pertanyaannya, siapa sebetulnya otak di balik kerusuhan itu. Apakah sebatas Kivlan dan Habil Marati? Apakah kerusuhan tersebut terlepas sama sekali dengan para pelaku demo yang dirancang jauh-jauh hari oleh Amien Rais dan kawan-kawannya sehingga para perusuh itu disebut penyusup?
Mari kita cermati dengan hati-hati supaya pertanyaan pada judul mendapat jawaban objektif.
Pasti bisa ditemukan
Dengan tertangkapnya para pelaku dan dua tokoh lain yang dianggap sebagai pengendali, Kivlan dan Marati, maka lorong gelap untuk menemukan siapa "big dalang" sebagaimana dikatakan Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane bisa ditemukan. Jangan pernah meragukan kemampuan polisi untuk menelusuri lorong-lorong gelap itu. Itu sudah merupakan pekerjaannya sehari-hari.
Penuturan empat calon eksekutor yang hendak mengenyahkan para tokoh dan pimpinan lembaga survey seperti Iwan dan Tajudin telah memberikan informasi penting tentang peran Kivlan dan Marati kepada publik.
Sudah barang tentu kalau para perusuh diinterogasi intensif, maka "big dalang" yang disebutkan S. Pane itu akan ditemukan juga. Apalagi S. Pane sudah menyebutkan inisialnya sebagai TS, bahkan lebih fulgar lagi dengan menyebutkan keluarga Cendana.