Terdapat banyak faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan dalam kegiatan manajemen. Dimana manajemen dan etika saling berkiaitan. Tidak hanya dalam mengejar keuntungan, perlu juga memperhatikan sekitar agar tidak menimbulkan kerugian terhadap pihak lainnya. Hak orang lain juga perlu dipertimbangkan. Dalam perspektif jangka panjang, perilaku berbisnis sangatlah penting. Karena selain mencari keuntungan, perlu juga memperhatikan posisinya secara moral. Perilaku berbisnis yang baik secara moral ialah kesesuaian dengan nilai moral yang ada. Maka etika manajemen sangat diperlukan demi berlangsungnya bisnis tersebut.
Tuntutan masyarakat akan semakin besar jika perusahaan terus berkembang. Dalam konteks ini, arti dari manajemen yang merupakan pengendalian, perencanaan, dan pengelolaan perlu diimplementasikan. Sebagaimana etika yang diperlukan dalam bisnis, maka seorang manajer perlu mengelola bisnis tersebut sesuai dengan etika manajemen. Karena sudah tidak jarang pelaku bisnis melakukan berbagai cara untuk memenangkan persaingan, dari itulah perlu adanya pertimbangan dalam etika manajemen.
Penting bagi kita untuk memahami secara tekstual- etimologis perihal etika. Kata "etika" berasal dari dua kata Yunani yakni ethos dan ethikos. Ethos (bentuk tunggal) memiliki arti: sifat, watak kebiasaan, tempat yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, aklak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Kata ethikos memiliki arti: susila, keadaban, kelakuan dan perbuatan yang baik. Dalam bentuk jamak kata etika berarti adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang atau kepada masyarakat.
Memahami Etika Manajemen Strategis
Sebelum memahami sepenuhnya etika manajemen strategis, ada baiknya kita mengingat pentingnya manajemen strategis. Manajemen strategis adalah "seni dan ilmu mengembangkan, menerapkan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya". Artinya manajemen strategis adalah seni merumuskan, menerapkan, dan mengevaluasi keputusan yang membantu organisasi mencapai tujuannya. Etika bisnis strategis mengharuskan organisasi memasukkan nilai-nilai etika, nilai-nilai moral organisasi, prinsip-prinsip organisasi, dan budaya dalam proses merumuskan, menerapkan, dan mengevaluasi strategi tanpa mengabaikan kebaikan bersama mempertimbangkan dan mengevaluasi. Memikirkan kembali etika manajemen strategis benar-benar dapat membantu organisasi, termasuk para pemimpin dan bawahan, menjaga konsistensi dan kepatuhan terhadap budaya organisasi sambil memprioritaskan kebaikan dan kesejahteraan bersama di atas kepentingan dan keselamatan individu.
Utilitarianisme
Secara etimologis, utilitarianisme berasal dari bahasa latin utilis yang berarti manfaat atau kegunaan. Utilitarianisme merupakan paham atau aliran filsafat moral yang menekankan pada prinsip kegunaan atau kegunaan. Suatu tindakan atau kegiatan dikatakan baik apabila menghasilkan manfaat, apalagi jika berdampak pada kesejahteraan orang banyak. Ciri-ciri umum utilitarianisme adalah bersifat kritis, rasional, teleologis, dan universal. Utilitarianisme sebagai teori etika normatif merupakan teori kritis karena menolak untuk sekadar mengikuti norma-norma yang ada. Utilitarianisme memerlukan penjelasan mengapa sesuatu dilarang atau perlu. Konsekuensi inilah yang memberi nilai moral pada tindakan dan peraturan. Utilitarianisme perilaku menyatakan bahwa seseorang harus bertindak sedemikian rupa sehingga tindakannya mempunyai dampak positif yang lebih besar terhadap dunia dibandingkan dampak negatifnya. Perbedaan antara utilitarianisme dan egoisme etis terletak pada siapa yang diuntungkan. Egoisme etis melihat dari segi kepentingan individu, sedangkan utilitarianisme melihat dari segi kepentingan banyak orang. Oleh karena itu, organisasi dan manajer harus benar-benar menekankan prinsip kegunaan atau manfaat di seluruh proses manajemen strategis, mulai dari formulasi, implementasi, hingga evaluasi. Hal ini tidak hanya mencakup memaksimalkan keuntungan pemegang saham, namun juga pengaruh politik terhadap kepentingan pekerja dan sumber daya manusia.
Hak Individualisme
Semua individu dianugerahi hak asasi manusia sejak lahir. Hal ini mencakup jaminan kebebasan berekspresi dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk penyelesaian masalah, pemenuhan kebutuhan dan keinginan, serta hak untuk mendapat pertimbangan. Hak asasi manusia adalah dasar untuk mengakui kemanusiaan semua individu, tanpa memandang jenis kelamin, ras, warna kulit, bahasa, agama, politik, bangsa, status sosial, kekayaan atau asal usul. Pengakuan dan penghormatan ini juga diwujudkan dalam hak atas kehidupan yang bermartabat, kebebasan dan keamanan. Oleh karena itu, negara mempunyai kewajiban untuk melindungi hak asasi warga negaranya dari kekuatan-kekuatan yang berusaha menghilangkannya. Hak-hak individu tetap dinilai sehubungan dengan tanggung jawab dan beban tugas yang diembannya. Dalam pengertian ini, hak harus mempunyai kewajiban yang sesuai. Terdapat keterkaitan yang proporsional antara hak dan tanggung jawab yang menjadikan individu secara pribadi berharga dalam seluruh aktivitas dan tanggung jawab dalam suatu organisasi. Proses manajemen strategis secara keseluruhan harus mempertimbangkan kualitas komitmen individu terhadap hak yang diperoleh. Hak individu untuk diperlakukan secara adil. Status dan hak atas status. Hak atas kompensasi. Hak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum harus diperhatikan oleh pengurus suatu organisasi dalam kaitannya dengan proporsionalitas kewajiban individu.
Keterbukaan dan Partisipasi