Lihat ke Halaman Asli

Selamatkan Sejarah Republik

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Surat Untuk Istana

* * * * *

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam sejahtera dan bahagia untuk anda.

Yang Terhormat Tuan Presiden,

Adalah menjadi sebuah keprihatinan ketika timbul gagasan didunia politik yaitu sikap kebanci-bancian. Yang hitam tidak mau disebut hitam, tetapi hitam yang agak keputih-putihan. Yang putih juga tidak mau disebut putih, tetapi putih kehitam-hitaman. Sehingga dunia politik Indonesia sangat biasa abu-abu. Ada yang abu-abu kehitam-hitaman. Ada pula abu-abu keputih-putihan. Inilah sikap yang dikenal sebagai oppurtunisme. Kompromistis dalam mengkonsumsi kekuasaan secara berjamaah.

Tetapi jangan disebut ini sebagai perilaku modern. Founding-father kita juga semenjak awal sudah memperkenalkan sikap oppurtunis. Tidak usah tunjuk hidung, tetapi kalau kita membuka kitab sejarah, kita akan membaca istilah kolaborator. Kolaborator adalah juga sikap yang kompromistis. Alhamdulillah wasyukurillah, didalam sejarah selalu terbukti bahwa sikap kompromistis dan oppurtunis ini tidak pernah menguntungkan peradaban bangsa. Sebaliknya malah selalu merugikan, menggurat dawat hitam terhadap wajah sejarah.

Yang Terhormat Tuan Presiden,

Ketika tulisan ini dibuat (03/11) berita politik di Indonesia hampir setiap hari hanya bicara koalisi dan reshuffle. Seakan-akan hal ini begitu genting untuk kepentingan bangsa. Padahal bila anda evaluasi dengan jujur maka anda akan temukan, bahwa segala masalah yang ada semenjak anda kembali duduk dikursi Presiden untuk kedua kalinya, adalah akibat dari koalisi ini. Meskipun saya bukan pemilih anda, sebagai rakyat saya merasa berkewajiban menyampaikan kepada pemimpinnya. Bahwa inilah saat yang sangat tepat untuk anda menyelamatkan sejarah republik.

Mari kita hapuskan budaya oppurtunisme itu. Mari kita hapuskan budaya kompromisme itu. Tarik dengan tegas garis antara hitam dan putih. Bubarkan segera koalisi. Sebagai pemenang PEMILU silahkan anda dan partai anda memegang kekuasaan secara penuh. Pecat seluruh wakil partai yang kalah PEMILU dikabinet. Dan biarkan pentas politik Indonesia menjadi drama yang indah. Yang menang dan yang kalah dapat saling berhadapan dengan bebas dan merdeka.

Yang Terhormat Tuan Presiden,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline