Menurut UU Kesehatan No.23 tahun 1992 sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan adalah sebuah sumber daya yang dimiliki semua manusia dan bukan merupakan suatu tujuan hidup yang perlu dicapai(Robert.H.Brook, 2017:585). Kesehatan tidak terfokus kepada fisik yang bugar tetapi meliputi jiwa yang sehat di mana individu dapat bersikap toleran dan dapat menerima perbedaan. Sedangkan menurut Darke & Freedman 1997 mengatakan keberuntungan adalah ekspresi dari keyakinan dan sikap untuk menjelaskan perilaku seseorang yang memiliki kendali atas peristiwa yang terjadi secara kebetulan.
"Orang yang sehat adalah orang yang beruntung, kesehatan adalah keberuntungan", ya inilah kalimat yang pernah saya dengar dari mulut teman saya sendiri. Lantas setelah mendengar kalimat itu, otak saya langsung berputar. "Dipikir pikir benar juga kata-kata yang keluar dari mulut teman saya, tapi ada salahnya juga sih". Dan ya, setelah mendengar kata-kata itu setiap harinya saya memikirkan bagaimana cara menanggapi opini yang ia lontarkan tersebut. Kata keberuntungan membuat saya jadi bingung. Jika kesehatan adalah keberuntungan, lantas apakah orang yang sakit bisa kita bilang orang yang tidak beruntung? atau kurang beruntung?
Seperti yang kita lihat pada masa sekarang, penyakit merupakan hal lumrah yang dirasakan semua orang. Siapa sih yang ga pernah merasakan sakit di bumi yang luas ini? Tentunya tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Kesehatan bukan hanya mencakup aspek fisik, tetapi juga aspek mental, dan juga sosial. Kesehatan adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial, bukan hanya ketidakhadiran suatu penyakit, meliputi penilaian subjektif terhadap kesejahteraan psikologis, efikasi diri, otonomi, dan aktualisasi diri seorang individu(WHO). Jadi walaupun seseorang sehat secara fisik, belum tentu jika dilihat dari aspek mental dan sosialnya juga di level sehat.
Kesehatan bergantung pada keberuntungan, kesehatan yang seperti apa? sehat fisik? sehat mental? atau sehat sosialnya?. Isman Firdaus, anggota PERKI mengungkapkan tingginya prevalensi Penyakit Jantung Koroner di Indonesia disebabkan oleh perubahan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan pola makan yang tidak seimbang."Gaya hidup, merokok, dan pola makan merupakan kontributor utama terjadinya penyakit jantung koroner (PJK), dilaporkan 50% penderita PJK berpotensi mengalami henti jantung mendadak atau sudden cardiac death," terangnya. Dari data tersebut dapat kita lihat gaya hidup menjadi faktor utama terjadinya penyakit jantung koroner. Gaya hidup bukanlah suatu anugrah, tetapi merupakan suatu hal yang sudah menjadi kebiasaan seseorang. Jika seseorang diberikan keberuntungan dalam kesehatan tetapi gaya hidupnya jelek, tentu kesehatannya pasti akan menurun.
Kesehatan bukanlah bergantung pada keberuntungan seseorang, tetapi bagaimana ia dapat memanfaatkan dan menjaga keberuntungan tersebut. Berdasakan laporan International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes tipe 1 di Indonesia mencapai 41.817 orang pada tahun 2022. Diabetes tipe 1 merupakan penyakit yang bisa diturunkan dari genetik orang tua. Lantas jika orang yang tidak diturunkan penyakit diabetes tipe 1 dari kedua orang tuanya kita bilang orang yang beruntung, bisa saja sewaktu-waktu orang tersebut mengidap diebetes tipe 1 juga. Jika dia tidak mampu menjaga gaya hidupnya, maka dia juga akan mengidap penyakit penyakit berbahaya lainnya.
Jika kita bicara masalah keberuntungan, keberuntungan tiap orang tentunya berbeda-beda. Ada orang yang dianugrahkan keberuntungan kesehatan pada aspek fisik. Misalnya, badan yang sehat, imun yang kuat dalam melawan penyakit, dan masih banyak keberuntungan lainnya. Jika ada seseorang yang bisa dibilang kurang beruntung dalam kesehatan fisik, pasti dia dianugrahkan keberuntungan kesehatan pada aspek lain, baik mental ataupun sosial. Seperti, kesehatan mentalnya yang terjaga maupun lingkungan sosialnya yang sehat. Orang yang diberikan keberuntungan kesehatan fisik tetapi ia tidak dapat menjaga dan mempertahankan kesehatannya pasti kesehatannya juga akan menurun.
Jadi dapat kita tarik kesimpulan bahwa kesehatan bukanlah bergantung pada keberuntungan tetapi bergantung pada bagaimana seseorang menjaga dan mempertahankan keberuntungan tersebut. Jika seseorang tidak mampu menjaga gaya hidupnya, tentu keberuntungan kesehatan yang ia dapat tersebut tidak ada apa-apanya dan sia-sia. Dan walaupun seseorang tidak mendapat keberuntungan tersebut, yang kita lihat adalah bagaimana agar dia dapat memunculkan keberuntungan tersebut dan mampu mencari keberuntungan nya pada aspek lain. Semua orang pasti mempunyai keberuntungan masing-masing. Tidak ada orang yang tidak beruntung di dunia ini, semua itu tergantung kepada bagaimana dia mampu untuk mencari keberuntungannya sendiri. Jika kita tidak beruntung dalam kesehatan fisik, kita harus mampu mencari kesehatan tersebut, seperti menjaga pola makan, memperbaiki gaya hidup, dan hal-hal baik lainnya. Sehingga keberuntungan tersebut masih bisa kita capai dengan hal-hal baik yang kita lakukan. Dan selalulah cari keberuntungan lainnya pada aspek-aspek yang lain. Allah selalu adil bagi setiap hambanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI