Lihat ke Halaman Asli

Yopi Ilhamsyah

Herinnering

Si Adik Manis Jalan Fatahillah

Diperbarui: 30 November 2022   09:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan Fatahillah jelang malam. Foto: Dokpri.

Kisah ini merupakan memoar lawas kala saya bertempat tinggal di Geuceu Iniem, Kota Banda Aceh. Di sana, saya menumpang di rumah paman dari tahun 2002 hingga 2003.

Saat itu, saya tengah menempuh pendidikan sarjana di Universitas Syiah Kuala.

Mengingat jarak yang jauh, untuk sampai di kampus, saya mengayuh sepeda dari Geuceu Iniem ke Mesjid Raya Baiturrahman. Di mesjid ini, saya memarkir sepeda lalu diteruskan dengan menumpang robur.

Oh ya, kendaraan yang disebut robur ini adalah sejenis angkutan penumpang mirip bus era tahun 1960-an. Beberapa unit robur memiliki bodi berwarna hijau tua dengan hanya bagian atap dan tulisan Universitas Syiah Kuala yang dicat putih. Unit robur lainnya ada yang berwarna putih. Tempat duduk hanya berupa rangka besi berbantalan plat. Acapkali kita jumpai gumpalan bekas las di banyak sudut tempat duduk. Disertai derungan suara mesin layaknya truk, robur menjadi armada favorit mahasiswa kala itu. Di tambah ongkosnya yang murah, kami rela berhimpit-himpitan di dalam robur untuk sampai di kampus.

Kadang kala saya menumpang labi-labi untuk sampai di kampus yang berlokasi di Darussalam. Labi-labi adalah sebutan angkutan kota (angkot) berbentuk minibus Suzuki Futura di Banda Aceh.  

Di kampus, saya menjalani aktivitas hingga malam hari. Usai kuliah di kelas, saya bertugas sebagai asisten di laboratorium. Selain juga ada proyek dosen yang saya kerjakan di laboratorium. Saya baru pulang pada pukul 22.00 WIB.

Untuk pulang ke rumah paman di Geuceu Iniem, saya kembali menumpang labi-labi. Oh ya, armada robur tidak beroperasi di malam hari.

Robur, angkutan primadona mahasiswa di Banda Aceh pada masanya. Foto: Dokpri.

Setiba di mesjid raya, saya bergegas menuju parkiran sepeda motor yang berada di halaman belakang, menuntun sepeda tanpa motor ke luar dan segera mengayuhnya menuju Geuceu Iniem. Petugas parkir di mesjid raya sangat baik, saya tidak pernah dipungut biaya parkir. Semoga Allah membalas kebaikan abang petugas parkir ini.

Geuceu Iniem merupakan sebuah kampung di barat daya Kota Banda Aceh. Saat masih tinggal di sana, rumah penduduk masih jarang. Di pinggir jalan, di sela-sela tanah kosong, berdiri rumah-rumah mewah berlantai dua. Konon pemiliknya adalah orang-orang berada di Banda Aceh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline