Lihat ke Halaman Asli

Yopi Ilhamsyah

Herinnering

Sosok Misterius di Lembah Seulawah

Diperbarui: 5 Oktober 2022   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemandangan Lembah Gunung Seulawah dari Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar. Foto: Dokpri.

Jam tangan menunjukkan pukul 20.30 lewat (Waktu Indonesia Barat) ketika saya mengajak istri saya untuk kembali berkemas pulang ke Kota Banda Aceh. "Yuk, nanti kita kemalaman di Seulawah," ajak saya. 

Hari itu tim sepakbola kami bertanding dengan salah satu kesebelasan di Kota Sigli (sekitar 112 kilometer ke arah tenggara dari Kota Banda Aceh). Saya meminta izin kepada Head Coach untuk tidak berangkat bersama bus tim. Saya berinisiatif membawa mobil pribadi dan mengajak istri saya ke Stadion Kuta Asan, Sigli.

Senja hari usai pertandingan, kami segera kembali ke Banda Aceh. Saat waktu Maghrib tiba, kami mampir di salah satu rumah makan di daerah Grong-Grong, sekitar 10 kilometer ke arah barat dari Kota Sigli.

Usai sholat dan makan malam, kami kembali mengaspal di Jalan Raya Banda Aceh-Medan. Awalnya mobil disopiri oleh istri saya. Saat tiba di jalan mendaki setelah melewati Kota Padang Tiji, saya mengambil alih kemudi. Karena kelelahan istri saya dengan cepat tertidur di kursi navigasi.

City car LCGC yang saya kendarai mulai meliuk-meliuk mengikuti kelokan yang menanjak landai. Selepas melewati sebuah kelokan, mobil melaju di jalan lurus sepanjang 200 meter.

Dari kejauhan, saya melihat ada orang di tengah jalan. Tkk, bunyi tungkai tanda lampu jauh diaktifkan. Tampak wujud sesosok laki-laki berpakaian kemeja dan bercelana panjang kain berdiri di tengah jalan.

Tadinya saya pikir laki-laki ini akan menyeberangi jalan. Saya membunyikan klakson agar ia segera memotong jalan. Namun, laki-laki ini tetap berdiri di tengah jalan. Saya mulai memperlambat laju mobil. Laki-laki ini mengangkat tangan dan menunjuk-nunjuk ke arah Banda Aceh.

Ketika mobil sudah berada di dekat laki-laki ini, saya melihat bongkahan kain menutup mulut laki-laki ini. "Siapa ini, minta tumpangan kah? tapi kenapa di tengah jalan bukan di pinggir, ah mungkin orang kurang waras," pikir saya dalam hati.

Saya membelokkan kemudi 20 derajat ke arah kiri, menempatkan mobil di bahu jalan, melaju dengan kecepatan rendah dengan maksud dapat segera mengerem jika si laki-laki ini tiba-tiba menyeberang. 

Saat berpapasan persis di dekat laki-laki itu, saya sempat menoleh. Wajah laki-laki tersebut putih (seperti pucat), mata melotot, mulut tersumpal kain, menunjuk-nunjuk ke arah Banda Aceh, kancing baju bagian atas terbuka hingga menampakkan dada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline