"Yop! Di mana posisi? Hari ini batas pengumpulan proposal, bisa datang ke Pusat Riset?" Demikian pinta teman saya di ujung telepon sekira pukul 10.00 pagi waktu Indonesia barat (WIB). Saya segera bergegas. Sesaat kemudian saya pun meluncur ke Pusat Riset yang membidangi media pembelajaran.
Pusat Riset ini berkantor di lantai 3 pada salah satu gedung di dalam lingkungan kampus tertua di Aceh. Gedung ini berjarak sekitar 150 meter dari pintu masuk/keluar barat daya kampus yang berseberangan dengan Krueng (Sungai) Aceh.
Tiba di Pusat Riset, saya menjumpai teman saya sebut saja nama beliau Bang Andi. Beliau menjabat sebagai ketua Pusat Riset.
Saya langsung ditugasi untuk membantu beliau mengkompilasi bab demi bab yang telah dikirimkan oleh tim.
Sesekali diselingi pembicaraan serius terkait strategi menyelesaikan keseluruhan naskah proposal serta mengirimkannya sebelum pukul 00.00 malam ini.
Proposal tersebut adalah proposal pengajuan Pusat Riset sebagai Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUI) ke salah satu direktorat kementerian.
Memasuki pukul 17.00 sore, naskah proposal selesai juga, tetapi masih belum mengikuti format yang ditentukan oleh pihak direktorat.
Seorang teman lain yang juga bagian dari tim pengusul proposal telah kami hubungi sebelumnya guna menyesuaikan kembali naskah proposal mengikuti format.
Kami segera mengirim naskah proposal via email kepada teman tersebut sembari berharap ia dapat menyelesaikannya sebelum Maghrib pukul 19.00 WIB.
Kala menikmati gorengan dan bandrek sambil menunggu teman kami menyelesaikan tugasnya, Bang Andi mendapat panggilan telepon dari salah seorang Wakil Rektor yang juga dewan pembina Pusat Riset ini.