[caption id="attachment_204077" align="aligncenter" width="452" caption="Ilustrasi/ Admin (Tantowi/Liliyana | tribunnews)"][/caption] Tontowi/Liliyana memastikan diri sebagai tim pertama untuk ganda campuran yang maju ke babak semifinal Olimpiade London. Di perempatfinal, andalan emas Indonesia itu mengkanvaskan pasangan ganda campuran Jerman Michael Fuchs/Birgit Michels dengan skors 21-15 dan 21-9. Babak pertama, Tontowi/Liliyana sama sekali tidak memberi kesempatan kepada pasangan Jerman tersebut. Paruh babak pertama, Tontowi/Liliyana sudah unggul 11-6. Pasangan Jerman itu hanya diberi nafas hingga point 15. Selanjutnya, langkah pasangan ganda campuran dari Tim Panzer Jerman itu pun terhenti. Sempat terjadi adu jotos pada babak kedua. Fuchs/Michels mampu membendung serangan Tontowi/Liliyana hingga skors merata 5-5. Namun, Tontowi/Liliyana kembali menunjukkan tajinya dengan melejit hingga 11-5. Selebihnya, pasangan Jerman itu menjadi bulan-bulanan Tontowi/Liliyana. Satu sergapan Liliyana sempat menampar tubuh Fuchs pada kedudukan 20-9. Lalu, pasangan Indonesia itu menutup pertandingan dengan sebuah sentuhan ringan di bidang kosong. Sebuah keberuntungan bagi Tontowi/Liliyana karena menghadapi lawan yang relatif mudah seperti Fuchs/Michels. Tidak banyak kesulitan bagi pasangan Indonesia ini untuk meraih nilai. Agak berbeda memang dengan pertandingan sebelumnya di babak penyisihan terakhir. Saat itu, Tontowi/Liliyana harus diajak bekerja keras sebelum menumbangkan ganda campuran Denmark Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl dua set langsung 24-22, 21-16 dan memuncaki klasmen grup G. Ini hadiah dari kerja keras Tontowi/Liliyana menjadi juara grup. Ini pula peluang bagi Tontowi/Liliyana untuk menarik nafas sejenak dan menghemat tenaga. Modal utama Tontowi/Liliyana adalah bola-bola sergapan. Ini seperti taktik gerilya pada perang kemerdekaan. Modalnya adalah bambu runcing. Serangan itu seperti tak terduga, tetapi tajam dan menyakitkan ala bambu runcing. Tugas Liliyana adalah mengecohkan lawan, membuat lawan terdesak. Lalu, Tontowi adalah penyelesai akhir yang baik dari bola tanggung lawan. Namun, strategi ini akan tidak ampuh untuk lawan yang sama baiknya dalam menyerang dan bertahan. Sama baiknya juga sebagai pemancing dan pengecoh. Artinya, Tontowi/Liliyana harus punya modal yang kuat untuk terus bervariasi demi memenangkan perang urat saraf dari adu strategi tersebut. Satu yang mencemaskan ialah permainan bola depan net yang cenderung berbalik sebagai bola umpan bagi lawan yang mematikan. Asyik bergerilya, Tontowi/Liliyana cenderung memberi servis bola depan yang empuk bagi lawan. Sementara itu, Tontowi cenderung terburu-buru dalam menyelesaikan perang urat saraf itu. Kecenderungan ini bisa menjebak ganda campuran Indonesia ini dalam permainan yang tidak efektif, bahkan terus menerus dalam kondisi tertekan. Liliyana memang benar-benar harus menjadi penyeimbang bagi Tontowi. Toh, apapun hasilnya, pasangan ganda campuran Indonesia ini tetap akan ada di hati mengingat prestasi mereka saat ini sedang dalam kondisi terbaik. Mudah-mudahan emas itu bisa dikalungkan di leher kedua pemain ini dan lagu Indonesia Raya kembali berkumandang.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H