Lihat ke Halaman Asli

Spanyol Ciptakan Peluang, Tapi Belanda Memanfaatkan, Jadi Belanda Saja

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Banyak yang menjagokan Spanyol pagi ini sebagai negara yang akan mengusung piala dunia 2010. Dua alasan sekurang-kurangnya dialaskan sebagai dasar memilih Spanyol, yakni Spanyol berhasil mengalahkan Jerman (1-0) pada semifinal dan ramalan Paul si gurita yang hingga kini tak meleset.

Spanyol memang punya permainan menyerang yang sulit dipatahkan. .Mereka menyerang secara bergelombang, dari kaki ke kaki dengan mengandalkan kolektivitas. Lini tengah merupakan kunci penyerangan Spanyol, dengan Xavi Hernandez dan Andres Iniesta sebagai punggawanya. Sementara itu, Puyol adalah matador yang siap menyeruduk ke depan, juga mengusir penyerang lawan.

Berhadapan dengan Jerman, Spanyol benar-benar tampil komplit. Mereka bertahan, menghadang, dan menyerang secara kolektif. Tidak ada pemain Jerman yang berdiri bebas dan menggiring bola. Satu lawan satu, bila perlu dua atau tiga lawan satu. Selanjutnya, bola digiring dari kaki ke kaki, dan daya tahan psikis Jerman dipermainkan.

Spanyol pantas menang atas Jerman, karena mendominasi dalam segala hal.

Belanda adalah dewi fortuna. Pasukan dari negeri kincir angin itu tampil kurang menawan, bahkan membosankan. Kendati tidak pernah kalah, kemenangan Belanda terletak pada keberuntungan Sneijder dan Robben yang tidak pernah melewatkan peluang untuk menciptakan gol.

Spanyol versus Belanda adalah perang antara merancang peluang dan memanfaatkan peluang. Dengan strategi, Spanyol merancang gol untuk kemenangan, sedangkan Belanda memanfaatkan setiap peluang yang datang. Tidak ada strategi khusus dari Belanda, kecuali menyerahkan takdir dan nasib pada bola yang bergulir.

Kalau Belanda mampu memainkan total football dan man to man terhdap Spanyol, pasukan kincir angin itu bakal bisa meredam permainan tiki taka Spanyol. Namun, kalau Belanda menunggu, Spanyol akan tampil menyerang sama seperti melawan Jerman. Spanyol bisa merancang permainan untuk menciptakan peluang, tetapi Belanda jago dalam memanfaatkan kebundaran si Jabulani. Tidak ada yang mustahil untuk Belanda, karena mereka menyerahkan takdir pada dewi keberuntungan.

Hati saya lebih memilih Belanda, karena mereka telah dirundung keberuntungan sejak awal. Tetapi, saya suka cara Spanyol memainkan bola. Jadi, tidak masalah siapa yang akan menang. Kalau Belanda, maka Paul memang pantas digoreng.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline