Lihat ke Halaman Asli

Pelangi Senja

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Hari-Hari Yang Ganjil

Satu jam meringkuk berselimutkan baju kotor yang entah kapan terakhir kucuci, baunyapun seapek comberan mampet, anehnya hidungku seperti tembok tanpa cela kokohnya. Adaptif.

Waktu berlalu, setelah puas meringkuk bagai keong dalam cangkang, kuobrak-abrik tumpukan buku tak berdosa. Entah apa yang dicari. Sebagai manusia yang pernah punya julukan kutu buku, mengobrak-abrik buku tanpa tahu apa yang di cari adalah sebuah ketersesatan fatal. Akhirnya satu buku menyerah, tergenggam sempurna tak berkutik di tanganku, judulnya ‘Cara Berenang Untuk Pemula’. Berlanjut dengan membaca dengan cara yang tak kalah ajaib: duduk jongkok, posisi buku terbalik ditemani lampu neon yang byar pet byar pet kehabisan nafas.

Tiga puluh detik terlewati sempurna dengan keajaiban membaca sambil berjongkok dan buku terbalik. Kegilaan yang tampak nyata. Tragis kan?.

Sembilan puluh menit kemudian, rongga tenggorakan berteriak, “hooiiiii, haus nih, kasih minum napa sih”. Si manusia ajaib tiba--tiba berjinjit, pura-pura mengendap ke kamar mandi, mengendap karena dia pikir sedang di kuntit interpol.

Lho haus kok ke kamar mandi? Membuka pintu kamar mandi, sejurus kemudian dibenamkanlah kepalanya ke dalam bak mandi, menyelam dan minum sepuasnya. Mungkin manusia ajaib ini punya mata ikan. Saat menenggelamkan kepala ke bak mandi tak sedetikpun lupa untuk membelalakkan mata sambil bernyanyi yang di permukaan bak mandi hanya terdengar, “bluurrp bluurrpp, riyang cenang, blurrpp, hati jembila, bluurp, bluurrpp”.

Harmoni yang ganjil. Anomali tingkat akut.

Berbasah-basah ria dan terkekeh-kekeh tak jelas kembali ke kamar, masih dengan cara yang sama, berjinjit.

Sudah bisa kamu bayangkan keajaiban ganjil yang terjadi?

Itu sekelumit keganjilan yang terjadi pada diriku dalam 3 bulan terakhir, seorang pecinta tangguh (menurutku sih ya) bernama Reikhi Putra Gandhi. Papa Mama memanggilku Reikhi.

Kuperkenalkan diri dulu, nama panjangku Reikhi Putra Gandhi. Waktu itu Papa lagi doyan segala sesuatu yang berbau Reikhi. Saking cintanya sama per-reikhi-an terbawa mimpi yang 7 jam kemudian Papa terbangun oleh kokok beo yang berisik, “bangun, bangun, Papah bangun”.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline