Dalam beberapa kesempatan, penulis sering menjumpai ungkapan-ungkapan yang merendahkan nilai guna pelajaran matematika di sekolah. Sebagian orang masih belum mampu menemukan kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari mereka. Padahal, tanpa mereka sadari, matematika memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai persoalan yang sering dihadapi. Kita tidak dapat sepenuhnya menyalahkan opini tersebut karena ada beberapa alasan mengapa matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang tidak berguna. Salah satu penyebabnya adalah metode pengajaran yang terlalu berfokus pada aspek teoretis semata. Pembelajaran matematika sering kali bersifat abstrak, hanya berkutat pada simbol-simbol, rumus, dan prosedur pengerjaan soal yang terasa jauh dari kenyataan kehidupan sehari-hari. Tidak jarang muncul ejekan bahwa orang yang pintar matematika masih kalah cepat berhitung dibandingkan pedagang atau tukang bangunan. Kurangnya penekanan pada aplikasi praktis matematika dalam kehidupan sehari-hari membuat pelajaran ini seolah-olah tidak memiliki manfaat untuk dipelajari, padahal sebenarnya matematika sangat dekat dengan aktivitas sehari-hari.
Dengan latar belakang masyarakat Indonesia yang agraris, di mana sebagian besar mata pencaharian masyarakat Indonesia adalah bertani, matematika sebenarnya memiliki peranan yang penting dalam kehidupan pertanian. Bukti bahwa matematika bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang pertanian, tampak dalam beberapa hal di bawah ini, di antaranya:
1. Perencanaan Lahan dan Tanaman
Meskipun dalam kehidupan sehari-hari ada benturan beberapa istilah tradisional dalam perhitungan luas lahan yang tidak ada dalam istilah matematika di sekolah, semua istilah tradisional tersebut dapat dikonversi pada istilah yang umum digunakan. Contoh: penggunaan istilah tradisional satuan luas seperti tumbak, bata, dan bahu. Satuan tumbak bisa dikonversi ke dalam standar pengukuran luas yaitu 1 tumbak = 11 meter persegi, 1 bata = 14 meter persegi, sedangkan 1 bahu bisa dikonversi menjadi 8.000 meter persegi atau 0,8 hektare. Namun, harus diakui bahwa penggunaan satuan tradisional masih lazim digunakan dan sering kali mengalahkan satuan standar yang ada.
2. Pengairan (Pengelolaan Air)
Dengan matematika sederhana, kita bisa menghitung kebutuhan air berdasarkan luas tanah dan kedalaman air yang dibutuhkan. Hal ini berguna untuk menentukan sistem irigasi yang efisien. Contoh kasus pada penggunaan mesin pompa untuk mengairi lahan pesawahan, penggunaan matematika bisa dikembangkan lagi untuk menghitung bahan bakar pompa yang diperlukan.
3. Pengendalian Hama, Penyakit, dan Pemupukan
Pada contoh kasus tanaman padi, hama yang biasa menyerang adalah wereng, kupu-kupu, keong, dan tikus. Sedangkan penyakit yang biasa ditimbulkan adalah busuk akar dan pangkal batang. Dengan matematika, kita bisa menghitung kebutuhan fungisida berdasarkan luas lahan yang kita miliki. Demikian pula, kita dapat menghitung kebutuhan pupuk kimia (urea, TSP, dll.) dengan perbandingan luas lahan yang kita miliki.
4. Menghitung Kebutuhan Buruh Tani
Dengan perhitungan menggunakan matematika yang cermat, kita bisa menghitung biaya yang dikeluarkan untuk buruh tani mulai dari membajak sawah (sewa traktor) sampai kebutuhan untuk menyiangi tanaman, hingga kebutuhan buruh tani untuk masa panen.
Dengan semua paparan di atas, dapatkah kita melakukan perhitungan terperinci menggunakan matematika untuk semua kebutuhan selama satu kali masa tanam? Tentu bisa. Dengan menggunakan model statistika, kita bisa menganalisis data historis biaya yang dibutuhkan dalam satu kali masa tanam. Setelah data didapat, data tersebut bisa dipakai sebagai acuan pengeluaran dan kontrol dalam masalah pembiayaan.