Lihat ke Halaman Asli

Revitalisasi Pancasila di Dunia Pendidikan: Apakah Efektif?

Diperbarui: 10 Oktober 2024   06:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pendidikan Pancasila. Foto: Teras Merdeka

Dalam perkembangan zaman yang semakin maju diera digitalisasi dan globalisasi, nilai-nilai luhur Pancasila seringkali dipandang hanya sebagai angin formalitas yang mulai terpinggirkan bagi generasi muda. Pendidikan Pancasila, yang dahulu menjadi dasar utama dalam membentuk karakter nasionalis, kini menghadapi tantangan besar dalam pengajarannya di sekolah. Pentingnya revitalisasi nilai-nilai Pancasila menjadi urgensi supaya setiap generasi muda tidak hanya mampu memahami secara teori, tetapi juga mengamalkan prinsip-prinsip Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Melihat hal ini sudah menjadi keharusan untuk melakukan revitalisasi atau menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila terkhusus untuk generasi muda. Namun, dengan segala macam tantangan yang ada apakah revitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan menjadi efektif?

Pendidikan Pancasila dalam sejarahnya bermula pada masa orde baru dimana PMP atau Pendidikan Moral Pancasila menjadi mata pelajaran wajib sekolah yang diharapkan dapat membentuk warga negara bermoral Pancasila. Kemudian dengan adanya pembaruan kurikulum pendidikan PMP ini kemudian juga berganti menjadi Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila yang secara bertahap terus berkembang sesuai dengan waktu. Hal ini menunjukkan bahwa Pancasila dalam pendidikan memang sudah menjadi perhatian tersendiri.

Upaya revitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan juga didukung dengan dibentuknya BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) pada tahun 2018. Lembaga ini kemudian yang melakukan segenap koordinasi terarah seputar pendidikan, implementasi, bahkan praktek dari upaya-upaya melaksanakan revitalisasi nilai-nilai Pancasila. Selain melalui lembaga pembelajaran mengenai nilai-nilai Pancasila mulai diintegrasikan dalam kurikulum terbaru seperti kurikulum merdeka. Muncul program-program pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai Pancasila. Sekolah juga memberikan ekstrakurikuler yang dapat menambah rasa nasionalisme dikalangan pelajar seperti ekstrakurikuler baris-berbaris dan Pramuka. Kebijakan juga ikut andil seperti ketentuan bahwa mata kuliah Pancasila menjadi mata kuliah wajib yang harus selalu ada di universitas. Berdasarkan Pasal 35 Ayat 5 Undang-undang No.12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi.

Meski upaya revitalisasi telah dilaksanakan dan digencarkan, implementasinya tidak selalu berjalan mulus. Tantangan terbesar datang dari bagaimana pengajaran dilaksanakan yang dinilai masih terlalu kaku dan membosankan. Perlunya relevansi materi dan penyampaiannya kepada para murid menjadi problematika tersendiri. Sehingga murid merasa tidak paham makna dari nilai-nilai Pancasila yang coba diajarkan karena mereka merasa kurang tertarik dan tidak paham pemaknaan dari nilai-nilai Pancasila. Padahal kalau kita bisa menelaah nilai historis dari adanya Pancasila pastilah kita mengerti bagaimana hebatnya para pendiri bangsa. Bahwa setiap nilai-nilai dari Pancasila berasal dari masyarakat Indonesia dengan berbagai macam latar belakang, menjadi bhineka tunggal ika. Inilah kemudian yang  menjadi bukti bagaimana efektivitas dari upaya revitalisasi nilai-nilai Pancasila di dunia pendidikan.  

Apakah melihat kondisi tersebut bisa dikatakan berhasil? Bisa dikatakan efektif?. Berdasarkan survei dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2021, tingkat pemahaman siswa terhadap Pancasila memang meningkat, akan tetapi penerapan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari masih begitu rendah. Menurut survei dari Litbang Kompas pada 2022, hanya sekitar 30% siswa merasa bahwa nilai-nilai Pancasila relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Demikian menjadi dasar bahwa efektivitas revitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam dunia pendidikan belum cukup sempurna.

Tak hanya itu media sosial yang begitu melekat pada masyarakat juga memberikan dampak besar. Menurut Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, hanya 28,6% siswa yang memahami Pancasila di ruang kelas, sedangkan sisanya memahami Pancasila melalui media sosial. Data ini kemudian yang menjadi perhatian bahwa pendidikan Pancasila dalam institusi pendidikan penyampaiannya belum begitu efektif . Pancasila sering dianggap sekadar sebagai teori abstrak yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini diperburuk dengan pendekatan yang formalitas dan kurang praktis dalam pengajaran. Beberapa studi kasus di sekolah-sekolah yang telah menjalankan program kewarganegaraan berbasis Pancasila menunjukkan hasil yang bervariasi. Di sekolah-sekolah yang memiliki dukungan kuat dari pihak guru dan lingkungan, siswa cenderung lebih memahami pentingnya Pancasila. Namun, di banyak tempat, pendidikan Pancasila masih terbatas pada hafalan dan ujian, bukan pemahaman mendalam yang diimplementasikan dalam kehidupan sosial mereka.

Dari berbagai tantangan dan realitas di lapangan, dapat disimpulkan bahwa revitalisasi Pancasila di dunia pendidikan masih belum sepenuhnya efektif. Pancasila dalam kehidupan masih memerlukan perhatian lebih serius. Kebijakan revitalisasi perlu disertai dengan perbaikan metode pengajaran, peningkatan mutu guru, serta pendekatan yang lebih kontekstual agar nilai-nilai Pancasila terasa relevan dengan kehidupan siswa masa kini. 

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pendidikan Pancasila antara lain adalah memperbarui metode pengajaran yang lebih interaktif dan kontekstual, memperkuat pelatihan bagi guru, serta menjalin kerjasama dengan komunitas lokal untuk menciptakan program-program yang bisa mengaitkan nilai-nilai Pancasila dengan kehidupan nyata. Hanya dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa generasi muda tidak hanya mengetahui Pancasila sebagai teori, tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebab generasi muda adalah penerus yang kemudian akan memimpin bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline