Lihat ke Halaman Asli

Yonkqi Estomihi Panjaitan

Student in HKBP Theological Seminary

Paradigma Misi (Misiologi Kristen)

Diperbarui: 11 Desember 2020   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  • Perubahan-Perubahan Paradigma Dalam Misiologi

Perbedaan-perbedaan yang mendalam di masa lalu dan di masa kini menyiratkan bahwa tidak ada gunanya kita membandingkan (appeal) secara langsung pada kata-kata para penulis Alkitab dan menerapkan apa yang mereka katakan secara langsung pada situasi kita sendiri. Alasan unutk melakukan ini, terletak pada kenyataan bahwa iman kristen adalah suatu iman yang historis. 

Hans Kung berpendapat bahwa keseluruhan sejarah Kekristenan dapat dibagi menjadi enam paradigm utama yaitu :

  1. Paradigma apokaliptik dari kekristenan Perdana,
  2. Paradigma Helenis dari Periode Bapa Gereja,
  3. Paradigma Katolik Roma Abad Pertengahan,
  4. Paradigma Protestan (Reformasi),
  5. Paradigma Pencerahan Modern, dan
  6. Paradigma Oikumenis yang sedang muncul.

Dapat dipahami bahwa kita bisa saja pindah secara langsung dari paradigma Kristen mula-mula. Namun, karena sejumlah alasan, langkah ini tidak dianjurkan. Kedahsyatan tantangan masa kini hanya dapat dihargai bila dipandang dalam terang latar belakang hampir dua puluh abad sejarah gereja.

  • Paradigma Misi Reformasi Protestan

Dalam jangka waktu yang singkat, iman kristen yang baru-ketika memasuki dunia Yunani-Romawi, mengalami suatu transformasi yang penting. Setelah tahun 85 M , Yudaisme membedakan dirinya bukan hanya masalah kekafiran tetapi orang Kristen harus ikut  berperang melawan Sinagoge dan Helenisme. Aliran filsafat utama pada masa Helenisme dan Romawi adalah Platonisme, Stoa, Cynic, dan Epikurean. Kaum Protestan ditantang oleh misiologi Ortodoks sehubungan dengan struktur-struktur misi mereka yang terlalu pragmatis. Kecenderungan mereka menggambarkan misi semata-mata hanya dalam kategori-kategori verbalis.

  • Paradigma Misi Katolik Roma Pada Abad Pertengahan

Selama kurang lebih tiga abad gereja Kristen telah dipengaruhi hampir secara mutlak oleh semnagat Yunani. Zaman abad pertengahan dimulai pada zaman Kepausan Gregorius Agung dan berhasil melawan islam. Pada zaman ini misi mengalami berbagai guncangan diantaranya yaitu : adanya perang misi secara langsung dan tidak langsung, adanya perang misi dengan kolonialisme , monoteisme. Pada zaman ini tokoh yang sangat berpengaruh adalah Las Casas yang membawa misi dengan mentalitas sebagai dominasinya.

  • Paradigma Misi Reformasi Protestan

Paradigma Katolik Roma mengalami sebuah krisis pada akhir abad pertengahan pada waktu kekuatan-kekuatan perubahan mengantarkan sebuah zaman baru( Reformasi). Orang yang menjadi katalis atau penggerak dalam zaman ini adalah Marthin Luther (1483-1546). Terdapat lima ciri-ciri untuk melihat kontur-kontur "Teologi Protestan tentang Misi" yang ditemukan dalam semua perwujudan Protestan pada abad ke-16, yaitu :

  1. Sama sekali tidak diragukan bahwa Reformasi  Protestan pasal pembenaran iman adalah titik tolak teologi.
  2. Sentralitas kebenaran merupakan pandangan bahwa manusia dapat dilihat dari segi perspektif kejatuhan manusia dalam dosa.
  3. Reformasi menekankan dimensi subjektif keselamatan.
  4. Penegasan peranan dan tanggungjawab pribadi   individu menyebabkan penemuan kembali ajaran tentang imamat orang percaya.
  5. Gagasan Protestan  diungkapkan dalam Sentralitas Kitab Suci dalam kehidupan gereja.
  • Misi Pada Awal Zaman Pencerahan

Gagasan tentang kemajuan, terutama sekali menampakkan diri dalam program-program pembangunan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Barat di negara-negara yang disebut dengan dunia ketiga. Dalam pemikiran misioner clasik Calvinis, dari Voetus hingga ke Edward, penekanannya terletak pada kemahakuasaan Allah atas segala sesuatu dan pada keyakinan bahwa Allah dan hanya Allah sajalah yang dapat mengambil inisiatif dalam menyelamatkan manusia. Keyakinanakan Allah yang mengambil inisiatif ini diungkapkan dalam doktrin predestinasi.

Dan beresamaan dengan itu pula terdapat ciri pencerahan-yang mengatakan bahwa pengetahuan ilmiah itu bersifat faktual, bebas nilai, dan neutral. Pada masa berikutnya pola ini mulai memudar. Kemundurannya dihubungkan dengan pencerahan. Cita-cita Teokratis dan pemahaman tentang kemuliaan Allah hanya dapat bekerja di dalam konteks suatu teologi yang sangat sadar akan kesatuan kehidupan dan kekuasaan kerajaan Kristus atas seluruh bidang kehidupan. Pencerahan menempatkan manusia dan bukan Allah dipusatnya ; semua realitas harus dibentuk kembali sesuai dengan mimpi-mimpi dan rancangan manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline