Lihat ke Halaman Asli

Warta Jalanan. co

Dunia Dalam Tulisan

Indonesia Merdeka dan Demokrasi yang Memuliakan | Refleksi Kemerdekaan | Penulis | Yongki

Diperbarui: 17 Agustus 2024   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Penulis

Suatu cobaan berat di masa-masa yang sulit mengguyur Indonesia. kala itu kita masih menjadi bangsa yang diberi julukan inlander oleh bangsa penjajah. Negeri para raja - raja ini dihancurkan oleh penjajah, keadaan yang sulit ibarat pada saat itu hanya gelap dan sunyi. Jika ada kebisingan pasti itu suara tembakan Meriam. Ancaman kematian selalu membayangi para Pahlawan, ditambah lagi jeritan rakyat kita yang dimiskinkan karena sistem penjajah yang menindas. Sungguh menyedihkan sekali kawan!.


Suatu hari pada Pukul 3 menjelang subuh, terdengar suara dari balik semak-semak dan serombongan pemuda berpakaian seragam masuk secara diam-diam ke rumah sang Proklamator Bung Karno. "Waktunya sudah tiba". Kata para pemuda itu kepada sang Proklamator. Mereka sangat berharap untuk merdeka. Sinar mata mereka ber-api - api memancarkan kemarahan dan ketidaksabaran sekaligus.


Perjuangan merebut kemerdakaan dari tokoh-tokoh bangsa paling legendaris itu mencerminkan bahwa Kerinduan untuk merdeka bukan sebuah kerinduan yang hampa. Maka tibalah pada saat yang berbahagia dan dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa akhirnya kita menjadi bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.
Era berganti begitu cepat, dan pada era ini yang menjadi kegelisahan yaitu setelah kita merebut kemerdekaan lalu untuk mengisi kemerdekaain itu apa yang harus kita lakukan ?. Tentu ini menjadi sebuah pertanyaan mendasar bagi kita semua untuk direfleksikan bersama.


Selanjtnya kita telah memiilih system demokrasi yang merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung makna penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia. Demokrasi merupakan mandat dari sila keempat Pancasila yang mengharuskan pemerintah untuk menghasilkan sistem pemerintah berbasis kerakyatan dan dilakukan secara musyawarah mufakat. Namun, di sisi lain dapat menjadi tantangan demokrasi di Indonesia apabila implementasi sila keempat tidak mengarah ke penguatan sila ketiga dan penguatan sila yang lainya karena saling beririsan. Karena politik identitas bisa memperbesar tantangan tersebut.


Pada masa ini kita menghadapi krisis demokrasi. Nilai -- nilai kebebasan berekpresi dari pada rakyat itu sendiri tenyata semakin terkikis. Persoalan ini disebabkan karena praktek kekuasaan yang otoriter dan di dalamnya masih kita temui banyak sekali praktik korupsi, kolusi, nepotisme secara terang -- terangan, dan Parahnya lagi, para elite politik, baik yang mendukung pemerintah maupun tidak, terlihat semakin kompak dalam melemahkan demokrasi. Angka indeks demokrasi Indonesia yang terus menurun tiap tahun adalah peringatan bahwa demokrasi harus diamankan tidak terbatas lewat pemilihan umum (pemilu), namun juga pada kontrol politik yang terbuka agar kecenderungan tirani mayoritas dapat ditekan.


Pemerintah atau negara belum memenuhi core obligations-nya untuk memenuhi hak atas pendidikan politik buat semua orang Indonesia, ini membuat pemahaman kita soal politik itu masih sangat berbeda-beda, dan ini menghasilkan cara pandang yang cenderung feodalistik sehingga warga sulit memahami perannya dalam berpolitik dan berdemokrasi. Ini akhirnya berimbas juga kepada bagaimana institusi-institusi kita dibangun dengan tidak adanya nilai demokratisasi.


Bagaimanapun juga, pelaksanaan demokrasi di Indonesia mengalami berbagai tantangan. Tantangan inilah yang harusnya diatasi untuk mengurangi dampak buruk bagi bangsa dan negara. Berbagai tantangan demokrasi di Indonesia di atas perlu diperhatikan oleh seluruh warga negara. Dengan demikian, system demokrasi kita dapat memuliakan dan setiap orang bisa sadar untuk meminimalisirnya demi kehidupan yang tenteram dan aman. Kita harus bisa mengubah nasib, pada masa yang lampau para penjajah menganggap kita seperti kawanan budak, sekarang pikiran itu harus diubah. Kita tidak boleh diam saja.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline