*Yohanes Budiono
(Ketua Panitia MICE 2021 dan mahasiswa Fakultas Pariwisata- Universitas Triatma Mulya Bali)
Pandemic menjadi isu konkret yang mengglobal dan pariwisata menjadi salah satu sektor yang berdampak dari problem tersebut. Keberadaan industri pariwisata sekarang masih dalam ruang abu-abu. Prospeknya dimasa yang akan datang [seakan] tidak menjamin. Sebagai bahan diskusi, penulis coba menyodorkan 'pertanyaan' dasar yang mewakili kegelisahan akan prospek pariwisata yaitu: Quo Vadis Pariwisata (Pariwisata Mau Kemana?).
Menjawab hal tersebut di atas, kita diajak untuk kembali mengeksplorasi fase-fase perkembangan pariwisata (sebagai fenomena) dan posisinya sebagai industri besar. Pada ulasan ini, penulis tidak masuk dalam catatan historis tersebut. Fokus ulasan tidak jauh dari 'respon' dan 'solusi' dari pihak akademisi (baca: dosen, mahasiswa) sehingga industri pariwisata masih bisa diandalkan dimasa yang akan datang.
Perguruan tinggi adalah bagian dari pentahelix pariwisata yang tak bisa dilepaspisahkan. Dosen maupun mahasiswa memiliki tanggung jawab moral akademis dan Tri Dharma menjadi dasar pijakannya. Harapannya sama yaitu: semua persoalan harus memilki posibilitas untuk dipecahkan.
Keadaan yang serba problematik (baca: pandemic covid-19 dan keberlangsungan pariwisata) ada hal yang perlu digaris-bawahi yaitu: perguruan tinggi mutlak mendiskusikan "Isu Parwisata" dari segala jenjang-baik level lokal, regional, nasional, maupun internasional. Kampus mempunyai kapasitas untuk menyaring, merumuskan berbagai problem fundamental yang berkaitan dengan kepariwisataan. Sebagai catatan juga, perguruan tinggi posisinya bukan sebagai 'penerima pasif' atas hal-hal terjadi.
Dari elaborasi tersebut, penulis melihat bahwa: satu kampus yang memilki kapasitas untuk membedah problem fundamental pariwisata sekarang adalah: Universitas Triatma Mulya Bali. Mahasiswa/mahasiswi Fakultas Pariwisata (DIV Perhotelan: Management Business Hospitality) tampil sebagai pemberi solusi dengan menghadirkan pakar-pakar pariwisata untuk membedah situasi yang serba problematik yaitu: pandemic covid-19 dan keberlangsungan industri pariwisata di era-pandemi/post-pandemi.
Adapun tema webinar nasional yaitu : Restarting Bali Tourism: Restarting Policy and Destination Image Recovery Amid Covid-19 Pandemic. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan "Memulai Kembali Pariwisata Bali: Kebijakan Terkini dan Pemulihan Citra Destinasi di Tengah Pandemic Covid-19". Webinar diselenggarakan secara daring zoom meeting, Senin (14 Juni 2021) Pkl 10.00 Wita-Selesai.
Pertanyaannya, apa saja yang akan dibahas dalam seminar ini? Terdapat tiga poin penting yang akan dibahas yaitu: pertama-Current World Tourism Issues, kedua-Tourism Destination Image Recovery amid Covid-19 Pandemic, ketiga: Bali Tourism Policy amid Covid-19 Pandemic. Sampai pada tataran ini, pertanyaan lanjutannya yaitu "Apa ugensi dalam seminar ini, sehingga pariwisata Bali ikut dibicarakan?".
Bali sebagai barometer pariwisata nasional dan regional asia tenggara menempatkan pariwisata sebagai andalan utama dalam menyejahterakan masyarakat Bali. Berdirinya hotel-hotel dan restoran-restoran di kawasan Nusa Dua, Jimbaran, Kuta, Sanur, Ubud dan di wilayah Bali lainnya mampu menyerap tenaga kerja dan merangsang pertumbuhan sektor pertanian, perikanan, kelautan, pendidikan dan multi sektor lainnya (Wisnawa dkk, 2019: 5).
Dengan mengadopsi tulisan Wisnawa dkk tersebut di atas, berarti mengangkat tema pariwisata Bali suatu keharusan. Penulis berpandangan bahwa, seminar ini sebagai momentum 'pembedahan' isu-isu konkret dan problem fundamental pariwisata di era-pandemi/post-pandemi.