Lihat ke Halaman Asli

Yon Bayu

TERVERIFIKASI

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Mengapa Jokowi Gagal Tenggelamkan PDIP?

Diperbarui: 14 Februari 2024   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi bersama Megawati dan Ganjar. Foto: Antara via Kompas.com

Jika percaya hasil hitung cepat (quick count) kita bisa melihat anomali terkait pengaruh Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Ternyata hasil Pilpres 2024 tidak berbanding lurus dengan Pemilu Legislatif.

Perolehan suara paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo -- Mahfud MD benar-benar di luar dugaan. Jika dirata-ratakan dari hasil quick count seluruh lembaga survei, perolehannya hanya di kisaran 16 persen. Sedang paslon nomor urut 2 Prabowo Subianto -- Gibran Rakabuming Raka di angka 58 persen, dan paslon nomor urut 1 Anies Rasyid Baswedan -- Muhaimin Iskandar mendapat 26 persen.

Banyak yang menganggap kemenangan Prabowo-Gibran karena pengaruh Jokowi. Terlebih sebelumnya muncul anggapan, PDIP akan tenggelam setelah ditinggal Jokowi yang secara terbuka, namun tidak diucapkan, berpihak pada Prabowo-Gibran.  

Jika benar memiliki pengaruh kuat seperti didengungkan pendukungnya, maka mestinya partai Jokowi, demikian Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sering mengeklaim, memperoleh suara signifikan.

Faktanya, perolehan PSI berdasar quick count dari seluruh lembaga survei, hanya sekitar 2,6 persen. Bukan hanya gagal menempatkan kadernya di Senayan seperti pemilu sebelumnya, perolehan suara PSI masih kalah dari PPP, partai yang nyaris tidak pernah mendapatkan porsi pemberitaan media massa dan "dijauhi" lembaga survei.

Anomali kedua, PDIP masih menjadi jawara. Hattrick PDIP menjadi luar biasa karena hanya mengalami penurunan sekitar 2 persen. Dari sini bisa disimpulkan (sekali lagi jika mengacu quick count), pemilih PDIP sama sekali tidak terpengaruh manuver Jokowi.

Dengan bahasa lain, Jokowi gagal menenggelamkan PDIP, sekaligus gagal mengangkat PSI.

Demikian juga yang terjadi pada Partai Gerindra. Kemenangan Prabowo ternyata tidak berbanding lurus dengan perolehan suara partainya. Gerindra hanya memperoleh suara di kisaran 13 persen, di bawah Partai Golkar dan hampir sama dengan PKB.

Namun, perlu diingat, hasil quick count belum tentu sama dengan real count berdasar hitung manual yang akan dilakukan oleh KPU.

Terlebih dari lembaga pemantau, seperti Kawalpemilu yang melakukan perhitungan berdasar rekap di tiap TPS, perolehan suara tiga paslon masih fluktuatif. Sampai dengan pukul 21.20 WIB di mana data yang masuk 14,37 persen, perolehan Anies-Muhaimin 31,06 persen, Prabowo-Gibran 52,60 persen dan Ganjar-Mahfud 16.34 persen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline