Tampil apa adanya, tanpa gimmick dan polesan karakter, calon presiden nomor urut 1 Anies Rasyid Baswedan membuat berbagai terobosan untuk meningkatkan kapasitas, elektabilitas dan militansi pendukungnya.
Cara-cara yang dilakukan capres yang berpasangan Muhaimin Iskandar pada Pilpres 2024 itu berhasil menciptakan fenomena yang dapat ditiru oleh para kandidat dalam kontestasi elektoral lainnya. Dari mulai persiapan, hingga action di lapangan yang tidak textbook, setidaknya berbeda dengan yang dilakaukan para politisi selama ini.
Contoh paling kecil adalah tidak ada upaya untuk menciptakan sosok lain yang berbeda dengan karakter aslinya demi meraih simpati dan dukungan. Anies tidak memalsukan gambar di poster agar terlihat lucu, atau tidur di rumah warga dan masuk gorong-gorong supaya terlihat merakyat dan ndeso.
Berikut cara Anies memetakan kondisi di lapangan dan meraih dukungan rakyat.
Pertama, tirakat, jauh sebelum dimulai masa kampanye, Anies sudah melakukan perjalanan keliling Indonesia, terutama di pelosok Jawa, yang disebut tirakat. Dalam laku tirakat ini, Anies hanya ditemani satu-dua teman. Ada kalanya bahkan hanya dengan supir.
Dalam tirakatnya, mantan Rektor Paramadina itu "belanja" persoalan yang tengah dihadapi masyarakat. Berbincang dengan warga di tempat-tempat yang tidak ditentukan sebelumnya. Bertemu petani yang sedang memupuk, berbincang dengan tukang becak, atau ngobrol dengan peziarah makam tanpa memperkenalkan diri. Anies baru akan menyebutkan namanya ketika pamitan hendak melanjutkan perjalanan.
Tidak ada kamera, tidak juga awak media yang mengiringi. Kebanyakan perjalanan tirakat diabadikan dengan handphone sebagai kenang-kenangan tanpa pernah diunggah di media sosial.
Dari tirakat ini, selain mengenal masyarakat luas, Anies paham berbagai persoalan yang ada, yang kemudian dijadikan dasar visi-misi dan rencana program kerjanya.
Kedua, diskusi terbuka dengan masyarakat bertajuk Desak Anies. Ini acara yang sangat fenomenal, dan hanya bisa dilakukan oleh kandidat kontestasi elektoral yang cerdas, tangkas, dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Desak Anies tidak didesain untuk puja-puji, melainkan komunikasi dua arah. Pesertanya dari berbagai kelompok masyarakat, bahkan sering diikuti oleh warga yang mengaku pendukung capres lain. Materi pertanyaan tidak dibatasi sehingga seringkali muncul pertanyaan yang menohok dan menyerang.