Ketua DPP PDIP Puan Maharani telah melakukan pertemuan dengan 4 ketua umum partai dalam safari politiknya sepanjang bulan September dan Oktober. Namun Ketua DPR itu diduga gagal mengemban misi partai sehingga ibunya, ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri turun gunung.
Seperti diketahui Puan telah menemui Ketua Umum Partai Nasdem Surya Ploh, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan terakhir Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
Ada 3 indikasi yang kegagalan safari politik Puan.
Pertama, tidak ada pernyataan politik yang signifikan terkait konfigurasi kerjasama antara PDIP dengan keempat partai menuju Pemilihan Presiden 2024. Pernyataan yang disampaikan kepada media sangat normatif dan tidak ada sinyal mengarah pada koalisi.
Tentu kita memahami, tidak semua hal diumbar melalui media. Ada bahasan-bahasan yang bersifat rahasia dan hanya untuk konsumsi internal partai masing-masing.
Namun demikian, jika memang sudah ada peta konkrit menuju kerjasama, biasanya muncul gestur atau kode tertentu yang keluar "secara tidak sengaja". Jika pun tidak disampaikan oleh top pengurus partai, biasanya dilempar oleh kader di bawahnya.
Kedua, alotnya pertemuan dengan Airlangga. Rencana pertemuan pertama tanggal 3 September 2022, namun batal. Penjadwalan pertemuan berikutnya pun terkatung-katung seolah tidak ada komunikasi di antara kedua partai.
Dari sini muncul hembusan Airlangga menghindar dari Puan karena terikat dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dibentuk bersama PAN dan PPP. Sinyalemen KIB akan dijadikan sekoci bagi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo jika tidak diusung PDIP, seakan menemukan kebenarannya.
Pertemuan dengan Airlangga akhirnya memang terlaksana. Namun dilakukan di "tempat terbuka" yakni di pelataran Monas di sela-sela acara jalan sehat. Waktu dan tempatnya jelas tidak tepat untuk membahas hal-hal serius, semisal penjajakan koalisi atau menyodorkan roadmap menuju Pilpres 2024 yang dapat dilalui bersama.
Pernyataan yang disampaikan kepada wartawan akhirnya sangat standar di mana keduanya sepakat agar pemimpin mendatang dapat melanjutkan pembangunan yang telah dilakukan Presiden Joko Widodo.