Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjabarkan adanya ancaman kudeta melalui kongres luar biasa (KLB). Lalu siapa jenderal di lingkar Presiden Joko Widodo yang dituding berada di belakang rencana pergantian ketua umum Demokrat secara paksa?
Poin menarik dari pernyataan AHY adalah hasil rapat rapat pimpinan partai terkait rencana kudeta di tubuh Partai Demokrat . Putra sulung mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menyebut, gerakan kudeta dipelopori oleh 5 orang, termasuk kader dan mantan kader.
Menariknya lagi, AHY menyebut, dari kesaksian dan testimoni pengurus daerah, upaya kudeta diinisiasi oleh pejabat pemerintahan Jokowi. AHY pun sudah mengirim surat kepada Jokowi untuk meminta klarifikasi.
Siapa sosok di pemerintahan yang dimaksud AHY belum jelas. Namun ada beberapa clue yang sudah tersiar. Bahkan disinggung juga oleh AHY sebagai sosok yang memiliki latar belakang kedekatan dengan SBY di masa lalu.
Sosok tersebut kemudian diperjelas dari cuitan Wasekjen Demokrat Jansen Sitindaon. Dalam twitnya, Jansen menyinggung sosok jenderal yang di dalam dirinya ada jasa SBY.
Siapakah sosok di lingkar pemerintahan Jokowi yang dimaksud AHY? Jika kita berpatokan pada cuitan Jansen, maka ruang pencariannya mengerucut pada jenderal-jenderal tua yang saat ini duduk di kabinet Jokowi.
Di awal pembentukan Kabinaet Jokowi-Ma'ruf Amin, ada lima mantan jenderal Angkatan Darat yang mendapat posisi menteri dan setara menteri yakni Luhut Binsar Pandjaitan sebagai Menko Kemaritiman dan Investasi, Prabowo Subianto (Menteri Pertahanan), Fachrul Razi (Menteri Agama), Moeldoko sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP), serta Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang saat itu belum pensiun.
Namun di akhir Desember 2020 Presiden Jokowi melakukan reshuffle terhadap Fahrul Razi dan Terawan sehingga tersisa tiga jenderal purnawirawan. Namun Prabowo bisa disingkirkan dari pencarian karena sudah memiliki partai yakni Gerindra dan bahkan menjabat sebagai ketua umum. Padahal AHY menyebut, kudeta dimaksudkan untuk menjadikan Partai Demokrat sebagai kendaraannya maju di Pilpres 2024.
Tersisa Luhut dan Moeldoko. Jika menggunakan frasa "ada jasa SBY" seperti disebut Jansen, Luhut dapat disingkirkan juga dari pencarian. Sebab secara kedinasan di militer, Luhut yang lulusan Akmil 1970 lebih senior dibanding SBY yang angkatan 73.
Nama terakhir tinggal Moeldoko. Secara kebetulan puncak karir militer Moeldoko, lulusan Akabri 1981, diraih di masa SBY berkuasa (2004-2014). Diketahui Moeldoko menjabar sebagai Kepala Staf Angkatan Darat selama 3 bulan (20 Mei -- 30 Agustus 2013) sebelum kemudian diangkat oleh SBY sebagai Panglima TNI pada 30 Agustus 2013.