Bermula ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mencuit perihal pembicaraannya dengan Presiden Joko Widodo terkait penanganan virus korona atau Covid-19. Trump memuji Jokowi sebagai kawan dan siap mengirim ventilator yang dimintanya.
Cuitan Trump melalui Twitter, Jumat 24 April 2020, sangat mungkin mendapat perhatian luas di tengah keinginan AS dan Australia "menghukum" China yang dianggap tidak transparan soal Covid-19 yang kini menjadi pandemi di seluruh dunia.
Pembicaraan kedua kepala negara besar dapat dimaknai berbeda sesuai kepentingan masing-masing. Sebab jika AS mendapat dukungan Indonesia terkait isu Covid-19, geopolitik, khususnya untuk kawasan Asia Psifik, dapat berubah seketika.
Bukan rahasia lagi jika Indonesia termasuk negara yang menjadi "surga" investor China. Sepanjang 2019, China menjadi investor terbesar kedua setelah Singapura, disusul Jepang, Hongkong dan Belanda. Tiongkok sukses menggeser Jepang yang sebelumnya menempati urutan kedua.
Kita menduga, cuitan Trump membuat Jokowi "tidak nyaman". Sebab jauh sebelumnya, tepatnya 2 April 2020 sore, Presiden China Xi Jinping sudah menelpon Jokowi dan menawarkan bantuan untuk menangani pandemi korona. Bahkan Jinping mengungkapkan Indonesia menjadi mitra priorotas melawan virus yang bermula di Wuhan China tersebut.
Langkah Jokowi menelpon Trump dapat menimbulkan beragam sakwasangka politik. Kita meyakini ada pihak-pihak mempertanyakan mengapa Jokowi meminta bantuan AS, bukan China yang sudah terlebih dulu menawarkan bantuan.
Dari sudut inilah kita menangkap tujuan di balik unggahan Jokowi di akun Instagram, 28 April kemarin. Jokowi mengawali unggahannya dengan mengatakan virus korona menghantam hampir semua negara, tidak mengenal kewarganegaraan dan batas wilayah sehingga tidak mungkin ditangani sendirian.
"Kita harus bergandeng tangan dengan seluruh warga dunia," imbuh Jokowi.
Jokowi lantas membeber sejumlah pihak yang telah dihubungi. Selain Trump dan Xi Jinping, Jokowi mengaku sudah berbicara mengenai penanganan Covid-19 dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Perdana Menteri Australia Scott Morrison hingga Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al Saud dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed Al Nahyan.
Dengan adanya unggahan Jokowi, maka upaya Trump menempatkan diri sebagai "teman dekat yang dibutuhkan" gugur dengan sendirinya. Minimal pesan itu yang telah tersampaikan kepada publik, khususnya China dan mungkin juga pejabat-pejabat Indonesia yang memiliki hubungan khusus dengan China dan sempat gerah dengan cuitan Trump.