Lihat ke Halaman Asli

Yon Bayu

TERVERIFIKASI

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Akankah Papua Membangkang?

Diperbarui: 25 Maret 2020   10:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lukas Enembe. Foto: KOMPAS.com/Dhias Suwandi

Upaya daerah melakukan pembatasan kunjungan bagi warga luar terkait pandemi virus korona atau Coivid-19 terdengar sayup-sayup dari Pemerintah Provinsi Papua. Salah satu opsi yang sedang dikaji adalah menutup wilayahnya selama 14 hari.

Gubernur Papua Lukas Enembe mengatakan rakyat Papua harus dilindungi.  Oleh karenanya, sesuai hasil rapat dengan Forkominda, akan segera diumumkan keputusan apakah melakukan lockdown, pembatasan, atau lainnya.

Opsi pembatasan, terlebih penutupan, wilayah  yang diwacanakan Papua, menuai reaksi keras dari Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. Mantan Kapolri ini mengingatkan, kebijakan pembatasan hanya sebatas berkumpul dalam jumlah banyak, bukan penutupan arus transportasi orang maupun barang.

Ini bukan pertama kalinya daerah mengeluarkan pernyataan yang dapat ditafsirkan sebagai upaya untuk mengkarantina wilayahnya atau lockdown. Dari Semarang dan Blitar juga sempat berhembus wacana demikian, namun kemudian dibantah.

Bahkan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi sudah menyeru akan melarang warga Jakarta masuk ke daerahnya jika kasus Covid-19 di Ibu Kota terus meningkat.

Namun Papua boleh jadi akan berbeda. Lukas Enembe sempat beberapa kali membuat pernyataan kontroversial yang tidak sejalan dengan "kemauan" pemerintah pusat. Salah satunya terkait penarikan pasukan TNI dari Papua, terutama Kabupaten Nduga, Desember 2018 lalu. Alasannya agar masyarakat merasa aman selama perayaan Natal dan Tahun Baru 2019.

Pernyataan tersebut menuai reaksi keras dari sejumlah pihak, termasuk Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko. Menurut mantan Panglima TNI ini, usulan Lukas Enembe tidak tepat karena kehadiran tentara di lapangan justru untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat.

Jika Papua menutup diri, bukan hanya melawan perintah Presiden Joko Widodo yang melarang daerah melakukan lockdown karena keputusan terkait hal itu menjadi kewenangan pemerintah pusat, namun juga dapat menjadi trigger daerah untuk melakukan hal serupa.

Hal itu terkait semakin masifnya penyebaran Covid-19. Hingga Selasa (24/3) kemarin, tercatat sudah 24 daerah yang terjangkit virus korona. Sementara jumlah pasien yang positif mengidap Covid-19 mencapai 686 orang di mana 30 dinyatakan sembuh dan 55 lainnya meninggal dunia.

Tiga kepala daerah juga sudah terkonfirmasi terinfeksi virus korona yakni Wali Kota Bogor Bima Arya, Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana dan Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana. Untuk pejabat publik di pusat, sudah ada Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Wakil Ketua Ombudsman Lely Pelitasari dan anggotanya Ninik Rahayu.

Baca juga : Berapa Lama Lagi Kita Harus Diam di Rumah?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline