Lihat ke Halaman Asli

Yon Bayu

TERVERIFIKASI

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Maaf Prof, Agama Bukan Musuh Pancasila!

Diperbarui: 13 Februari 2020   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prof Yudian Wahyudi. Foto: Tribunnews.com/Humas UIN Sunan Kalijaga

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi menyebut agama merupakan musuh terbesar Pancasila. Diperbolehkannya organisasi, termasuk partai politik, menggunakan asas selain Pancasila, seperti Islam, telah membunuh Pancasila secara administratif.

Dasar argumen yang digunakan Yudian adalah adanya kelompok yang mereduksi agama untuk kepentingannya sendiri seperti membuat itjima ulama untuk mementukan calon wakil presiden. Kelompok ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim sebagai mayoritas.

Kelompok yang dimaksud Yudian sangat mungkin adalah Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Majelis Ulama Indonesia (MUI). GNPF lahir dari situasi politik yang memanas menjelang Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu.

Dalam perjalanannya GNPF rajin mengeluarkan itjima terkait isu-isu politik, termasuk calon wakil presiden untuk Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam kontestasi Pilpres 2019.

Merasa mendapat sambutan dari masyarakat, khususnya muslim, GNPF melebarkan pengaruhnya ke daerah-daerah. Bahkan menjelang Pilwakot Medan, Sumatera Utara, pentolan GNPF rajin melakukan safari politik untuk mengkampanyekan jagoan yang sesuai dengan keinginan mereka.

Gerakan GNPF dianggap berbahaya karena mendasarinya dengan tuntunan agama. Padahal warga Medan cukup plural sehingga penggunaan isu agama dapat membelah bahkan menimbulkan friksi di tengah masyarakat.

Salahkah yang dilakukan GNPF? Apa bedanya yang dilakukan GNPF dengan kelompok-kelompok masyarakat yang selama ini juga rajin mengelus-elus jagoannya?

Dari sisi politik, tidak ada yang salah dengan upaya GNPF memunculkan tokoh calon pemimpin yang sesuai dengan aspirasinya. Itu bagian dari hak masyarakat.

Mendasarkan aspirasi politik berdasarkan agama juga tidak salah. Di belahan dunia lain, hal semacam itu juga masih dilakukan. Bukankah di Amerika Serikat, kelompok agama juga tetap mendasarkan pilihannya pada isu-isu yang sesuai dengan keyakinannya?

Bukankah Barack Obama dan juga Donald Trump tetap "memperhatikan" aspirasi kelompok agama saat mengikuti kontestasi pilpres Amerika Serikat?

Langkah GNPF, juga kelompok-kelompok lainnya, hanya salah ketika mereka mengkampanyekan penolakan terhadap Pancasila, menjadikan pihak lain yang tidak sejalan sebagai musuh dengan labelisasi berdasar ayat agama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline