Lihat ke Halaman Asli

Yon Bayu

TERVERIFIKASI

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Terulang, PDIP Bikin Sulit Posisi Jokowi

Diperbarui: 30 September 2019   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Budi Gunawan saat menjalani fit and proper test sebagai calon Kapolri di DPR tahun 2015 lalu. Foto: KOMPAS.com/Dani Prabowo

Perbedaan pandangan antara PDI Perjuangan dengan Presiden Joko Widodo yang merupakan kadernya, bukan hal baru. Namun penolakkan PDIP terhadap wacana Perppu KPK benar-benar membuat Jokowi terjepit.

Bukan sekedar gimmick, penolakkan itu dituangkan dalam keterangan resmi Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, 28 September lalu. Bahkan Ketua Badan Pemenangan Pemilu yang juga Sekretaris Fraksi PDIP di DPR Bambang Wuryanto menyebut Jokowi tidak menghargai DPR jika nekad terbitkan Perppu KPK.

Sementara koleganya di Komisi III, Aria Bima meminta Jokowi berbicara terlebih dahulu dengan DPR sebelum mengambil keputusan terkait penerbitan Perppu KPK.

Seperti diketahui dalam pertemuan dengan sejumlah tokoh di Istana Kepresidenan, Jokowi membuka opsi menerbitkan Perppu KPK untuk memenuhi tuntutan mahasiswa yang menggealr aksi demo di berbagai daerah setelah DPR bersama pemerintah mengesahkan revisi UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.    

Kondisi saat ini mengingatkan ketika Jokowi "dipaksa" oleh PDIP untuk melantik Komjen Budi Gunawan (BG) sebagai Kapolri di tahun 2015 lalu. Padahal saat itu BG yang telah lolos fit and proper test di DPR berstatus tersangka KPK.

Desakan semakin kuat setelah BG memenangkan praperadilan di PN Jakarta Selatan sehingga tidak lagi berstatus tersangka. Namun Jokowi tetap menolak, terlebih setelah mendapat jaminan dukungan dari sejumlah partai, terutama Gerindra. BG akhirnya ditunjuk menjadi Kepala Badan Intelijen Negara sejak September 2016. 

Kini akankah Jokowi akan kembali berbeda sikap kebijakan partainya? Jawabannya akan ditentukan oleh tiga hal.

Pertama, seberapa besar desakan mahasiswa. Jika situasi telah normal dan tidak ada lagi demonstrasi besar-besaran dari kalangan mahasiswa dan pelajar, kemungkinan Jokowi memilih mengikuti kehendak PDIP.

Jokowi akan mendorong penolak revisi UU KPK untuk melakukan judicial review ke Mahkamah Konstitus (MK).  

Baca juga : Narasi Wiranto Berjarak Puluhan Tahun dengan Kaum Milenial

Kedua, dukungan dari anggota DPR yang baru. Jika legislator yang akan dilantik tanggal 1 Oktober besok menyerahkan sepenuhnya kebijakan terkait revisi UU KPK, maka Jokowi akan menerbitkan Perppu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline