Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kembali dikaitkan dengan dinamika politik di Jakarta. Masih ada saja pihak-pihak yang memanfaatkan popularitasnya sebagai alat tawar politik. Bukti ketidakpercayaan diri elit Jakarta?
Nama Risma kembali menjadi topik pemberitaan. Bukan soal Jalan Gubeng yang longsor atau sakitnya, tetapi terkait tawaran anggota DPRD DKI Jakarta Bestari Barus untuk mengikuti kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2022. Bestari menganggap Risma akan mampu menangani persoalan sampah di Jakarta.
Secara tersirat Bestari menganggap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah gagal menangani persoalan sampah. Sebagai alas argumennya, Bestari menyebut daya tampung tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) Bantargebang hanya sampai 2021, sementara pembangunan TPST yang baru selesai 2022. Bestari menyebut anggaran untuk pengelolaan sampah di Jakarta mencapai Rp 3,7 triliun.
Tawaran Bestari yang disampaikan dalam kunjungan kerja anggota DPRD DKI Jakarta ke Surabaya, mendapat tanggapan positif dari Risma. Bahkan kader PDI Perjuangan itu mendesak Pemprov DKI segera menyelesaikan pembangunan TPST.
Risma lantas membandingkan anggaran pengelolaan sampah di Kota Surabaya yang hanya Rp 30 miliar dengan anggaran serupa di Jakarta.
Bukan baru kali ini nama Risma digunakan untuk "mengusik" Jakarta. Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pernah marah besar ketika dibanding-bandingkan dengan Risma soal penataan trotoar. Ahok sempat menyebut Kota Surabaya hanya seluas Jakarta Selatan.
Risma juga sempat digadang-gadang sejumlah kader PDIP untuk melawan Ahok di Pilkada DKI 2017. Bahkan Risma mendapat dukungan dari emak-emak yang tergabung dalam komunitas Jakarta Love Risma atau Jakarta Cinta Risma yang disingkat Jaklovers dengan juru bicara Neno Warisman. Belakangan PDIP justru mengusung Ahok setelah Risma menolak ke Jakarta.
Kini nama Risma mencuat dengan pola yang hampir sama. Risma kembali "dijadikan alat" untuk menyerang Gubernur Jakarta. Anies merasa diserang karena pernyataan Bestari soal sampah dikaitkan dengan pergantian kepemimpinan.
Padahal saat ini tidak ada persoalan pengelolaan sampah. Bisa dibayangkan, seperti apa reaksi orang-orang seperti Bestari manakala ada sekantong sampah tercecer di Ibu Kota.
Belakangan Bestari mengatakan dirinya hanya mengingatkan soal progres pembangunan Intermediate Treatment Facility (ITF) untuk pengelolaan sampah di Jakarta.