Lihat ke Halaman Asli

Yon Bayu

TERVERIFIKASI

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Sowanisasi Prabowo Kendurkan Semangat Ganti Presiden

Diperbarui: 17 Agustus 2018   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prabowo-Sandiaga bersama Jusuf Kalla. Foto: KOMPAS.com/Kristian Erdianto

Roadshow pasangan Prabowo Subianto -- Sandiaga Uno ke kubu lawan cukup cerdik untuk mengimbangi "kemegahan" tim pemenangan dan besarnya logisltik pasangan petahana Joko Widodo -- Ma'ruf Amin. Tetapi jika tidak hati-hati, strategi merangkul justru menjadi bumerang karena mendinginkan mesin pendukungnya yang sudah panas sejak setahun terakhir.

Seperti diketahui setelah mengunjungi kantor PP Muhammadiyah, Prabowo-Sandiaga sowan ke Jusuf Kalla (JK) dan kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang secara implisit berada di kubu lawan. 

Kini keduanya pun tengah meminta waktu bertemu Jokowi. Menurut Prabowo, kunjungan ke tokoh-tokoh tersebut untuk silaturahim sekaligus meminta doa restu.

Tidak ada yang salah dengan langkah politik Prabowo-Sandiaga. Bahkan layak diapresiasi karena bisa meredam potensi munculnya gejolak selama proses pilpres yang memakan waktu hingga 8 bulan dari mulai pendaftaran sampai pencoblosan pada tanggal 17 April 2019 mendatang. 

Perbedaan pendapat, perang statemen hingga negative campaign di antara tim sukses kedua kubu adalah titik panas yang bisa merembet ke akar rumput jika tidak tidak antisipasi dari sekarang.

Tetapi langkah tersebut akan merugikan Prabowo-Sandiaga karena seolah antiklimaks. Dorongan kuat kubu oposisi untuk mengganti presiden yang membuncah selama ini, tereduksi bahkan menjadi dingin. 

Citra Prabowo yang tegas dan "sangar" mendadak hilang, berganti wajah lembut nan santun. Ketua Umum Partai Gerindra ini tentu tahu, jika citra itu yang muncul hingga hari pencoblosan, sama saja dengan memberi tiket gratis periode kedua kepada Jokowi.

Berpijak dari pemahaman itu, kita meyakini ada tujuan terselubung di balik manuver politik Prabowo.  Apa itu?

Pertama, kemungkinan untuk meminimalisir perang negative campaign di udara karena jika frontal Prabowo kalah telak mengingat kubu Jokowi didukung kekuatan media yang luar biasa. 

Dua pemilik grup media besar yakni MNC Group (Harry Tanoe/Perindo) dan Media Indonesia (Surya Paloh/Partai Nasdem) berada di belakang Jokowi. 

Media yang tidak terafiliasi dengan kekuatan politik seperti Kompas Gramedia, Trans Corp, Tempo dan Surya Citra Media yang menaungi Indosiar dan SCTV, tentu juga tidak akan membiarkan kubu Prabowo memanfaatkannya untuk jualan politik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline