Lihat ke Halaman Asli

Yon Bayu

TERVERIFIKASI

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Alif dan Kisah Ayam Kecap yang Tak Lazim

Diperbarui: 28 Mei 2018   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(TribunJakarta.com/Dwi Putra Kesuma)

Di tengah derasnya gugatan gaji fantastis Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), publik dikejutkan dengan kisah tak lazim di  media sosial. Adalah Alif alias Alip yang menjungkirkan logika umum. Mimpinya tentang ayam kecap dan susu kotak menohok kesadaran nitizen justru karena ia tidak minta dikasihani. Tawa cerianyalah yang menjebol bendungan air mata ribuan nitizen.

Eksploitasi kemiskinan maupun ketidakberuntungan lainnya dengan tujuan agar masyarakat trenyuh dan tergerak hatinya untuk membantu sudah sangat biasa.

Terlalu banyak pula kisah "sukses" warga yang semula dirundung kesusahan mendadak berganti nasib menjadi kaya raya hanya dalam sekejap setelah kisah sedihnya diviralkan dan donasi mengalir dari berbagai penjuru. Tidak ada yang salah dan kita wajib menaruh hormat yang setinggi-tinggi kepada para penggiat sosial tersebut.

Tetapi harus diakui karena ada satu dua orang yang menyalahgunakan simpati warga dengan membuat cerita yang "menyimpang" atau menggunakan uang hasil donasi bukan untuk tujuan semula, nitizen menjadi sangat selektif memberikan bantuan.

Akibatnya banyak dari mereka yang sebenarnya sangat membutuhkan uluran tangan tidak mendapat simpati yang cukup. Contohnya bisa kita lihat di laman kitabisa.com

Lalu muncullah sosok Alif. Meski tetap "bergenre" kemiskinan, tetapi bocah 5 tahun ini "membawakannya" dengan cara berbeda. Kepiawaian si penutur -- bukan translator,  yang kemudian mengunggahnya di aplikasi percakapan berbasis internet, juga harus diacungi jempol.

Kepolosan bahasa anak masih sangat kental meski kita paham tentu ada beberapa kata yang dihilangkan atau ditambahkan agar enak dibaca layaknya percakapan yang mengalir.  

Dari "percakapan" dan narasi penutur, perasaan pembacanya benar-benar dicabik-cabik.  Alif yang sudah yatim piatu dan kini diasuh oleh neneknya, seperti sadar diri sehingga tidak menuntut apa-apa. Alif tetap ceria meski  makan sahur hanya dengan garam.

Alif juga tetap ceria meski keinginannya bisa makan ayam kecap dan minum susu kotak, sulit terwujud. Neneknya hanya "bekerja" sebagai pengantar jemput sekolah anak tetangga dengan sarana KRL. Di KRL itu juga si penutur bertemu Alif dan neneknya yang tinggal di rumah tumpangan di daerah Tanah Gocap, Tangerang, Banten.

Screenshot

Keceriaan Alif berbuah simpati luar biasa. Framing kisahnya di media online menambah banyak nitizen yang tertohok dan berbondong-bondong "membelikan" ayam kecap dan susu kotak.

Dalam sekejap, donasi yang terkumpul di kitabisa.com mencapai puluhan juta rupiah. Banyak juga warga yang langsung datang ke "gubuknya" dengan  membawa ayam kecap dan susu kotak, juga beras.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline