Ulah sekelompok orang yang menamakan diri Komunitas Relawan Sadar (Korsa) Indonesia membagikan takjil gratis dengan menempelkan stiker #2019GantiPresiden di depan Masjid Cut Mutia, Jakarta Pusat, tidak bisa ditolerir. Benar tidak ada paksaan, tetapi menggunakan makanan sebagai sarana kampanye, sangat tidak elok. Terlebih kemudian dikaitkan dengan ibadah keagamaan.
Menurut Ketua Korsa Amirullah Hidayat, kegiatan bagi takjil #2019GantiPresiden untuk mengingatkan rakyat Indonesia bahwa 2019 Jokowi cukup harus diganti. "Cukup sampai di situ aja," katanya seperti dikutip detik.com (25/5/18).
Para relawan yang membagikan takjil memang mengingatkan para penerimanya terkait stiker #2019GantiPres yang ada di dalam bungkusan. Artinya, orang yang ditawari bisa menolak jika tidak setuju. Tetapi karena dibagikan di jalan, banyak juga penerima yang tidak mengetahui adanya stiker tersebut. Mereka menerimanya tetap sambil jalan sehingga tidak mendengar adanya pemberitahuan soal stiker. Ketika sampai di tempat yang dituju dan membaca stiker, sangat mungkin menimbulkan kekesalan, bahkan bisa jadi langsung dibuang jika kebetulan penerimanya tidak sepaham dengan muatan politik yang dibungkus takjil.
Tidak berlebihan jika Sekretaris Lembaga Seni, Budaya, dan Olahraga PP Muhammadiyah Defy Indiyanto menyebut kegiatan bagi takjil disertai stiker #2019GantiPresiden tidak etis dan bentuk politisasi agama. Sebab tidak elok rasanya pembagian makanan untuk buka puasa, disisipi pesan politik. Lebih parah lagi karena dilakukan di tempat umum sehingga rawan benturan.
Adanya nuansa politik dalam kegiatan bagi takjil di depan Masjid Cut Mutia, membuat Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan PDIP Eva Kusuma Sundari meradang. Eva menyeru agar KPU bertindak karena sudah curi start kampanye.
Bulan suci Ramadhan mestinya memang diisi dengan hal-hal yang positif dan dibebaskan dari kepentingan sesaat. Masih banyak waktu untuk menyuarakan aspirasi secara lebih elegan. Kita sepakat dengan seruan Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily agar tidak mencampuri kesucian nikmat puasa yang orientasinya akhirat dengan hal-hal yang bersifat duniawi apalagi politik 2019.
Menariknya, kegiatan tersebut dilakukan relawan Korsa, sebuah organisasi massa yang menurut Amirullah sebelumnya menjadi mendukung Jokowi saat Pilpres 2014. Namun karena Jokowi mengkhianati Nawacita, demikian Amirullah, Korsa berbalik ingin mengalahkan Jokowi di Pilpres 2019 sebagai bentuk tanggung jawab moral.
Sayangnya, jejak digital Korsa sebelum 2017 tidak ditemukan dengan menggunakan fasilitas search engine Google. Ketika kita mengetik keyword "korsa indonesia" atau "korsa dukung Jokowi", maka yang muncul hanya berita-berita Korsa di dari tahun 2017, khususnya tahun 2018 setelah menyatakan tidak lagi mendukung Jokowi.
Demikian juga ketika menggunakan keyword Amirullah Hidayat. Tidak ada jejak digital yang dapat ditemukan sebelum 2017. Bahkan yang muncul terkait ancaman Pemuda Marhaen yang akan melaporkan Amirullah ke polisi dengan tudingan menebarkan kebencian, fitnah dan hoax melalui berbagai media online.
Salam @yb
Sebagian materi sudah dipublish di sini