Lihat ke Halaman Asli

Yon Bayu

TERVERIFIKASI

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Jangan Anggap Enteng Bentrok Politis di Arena CFD

Diperbarui: 30 April 2018   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu berkaus #DiaSibukKerja dikeruminu massa berkaous #2019GantiPresiden di area CFD, Jakarta Pusat. Sumber gambar: tangkapan gambar video amatr.

Sulit menyebut kehadiran dua kelompok massa dengan atribut politik merupakan sikap spontanitas warga untuk menyampaikan aspirasinya. Ada "undangan" melalui aplikasi WhatsApp, dan diduga juga ada pembagian kaus untuk massa kedua kubu. Saat ini titik didih masih di Jakarta, tetapi bukan mustahil hal serupa akan terjadi di daerah dengan melibatkan massa akar rumput. Dan jika semak sudah terbakar, beranikah elit politik bertanggungjawab?

Kekuatiran akan terjadinya bentrok antara massa #2019GantiPresiden dan #DiaSibukKerja di arena car free day (CFD) di Bundaran HI dan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu kemarin,  akhirnya terbukti. Meski polisi sudah memisahkan dua kelompok ini, namun situasi menjadi tak terkendali kala sejumlah orang "berbaur" ke kubu lain.    

Kata bentrok di sini mungkin tidak disepakati karena dari gambar maupun video yang beredar jelas terlihat massa berkaus #2019GantiPresiden mengintimidasi massa #DiaSibukKerja. Bahkan dalam video tersebut, ada ibu muda yang membawa anak, dikerubuti massa berpakaian #2019GantiPresiden sambil mengipas-ngipaskan uang pecahan seratus ribu karena mungkin meyakini si ibu bagian dari massa bayaran.

Tetapi kasus ini tidak bisa dilihat sepotong-sepotong lalu menyimpulkan satu kubu sebagai korban.

Faktanya kedua kelompok berada di lokasi yang sama dan sama-sama meneriakkan yel-yel yang sangat mungkin diterima lawannya sebagai provokasi. Artinya sudah ada situasi yang kemudian menjadi pematik terjadinya persekusi terhadap beberapa orang dari kubu #DiaSibukKerja. Lalu siapa yang mendorong terjadinya aksi tersebut? Bisa jadi kedua kubu atau sebagaimana galibnya peristiwa politik, bisa saja dari pihak luar yang memang menghendaki terjadi benturan antar kedua kubu.

Tetapi bahwa kedua kubu sudah sama-sama "siap bentrok" harus tetap dijadikan dasar pertimbangan sebelum mengambil satu kesimpulan. Beda halnya jika yang menjadi korban orang yang tidak memakai atribut kedua kubu.

Sayangnya elit politik justru sibuk mencari pembenar atas kelompoknya. Politisi-politisi muda dengan antusias melempar tudingan kepada kelompok lain tanpa mau mencari tahu mengapa hal itu terjadi. Bahkan sebagian dari mereka menjadikan gesekan itu sebagai panggung demi kepentingan pribadi dan partai politiknya.

"Kami bangga pada ibu-ibu itu yang tegar dan berani melawan dengan mengatakan, 'Kita tidak takut, karena kita benar, kita tidak akan pernah takut!'," puji jubir PSI, Guntur Romli.

Pujian Romli, sungguh sulit diterima nalar. Peristiwa ini mestinya dilihat dari perspektif luas di mana ada pelibatan massa dalam kegiatan politik di waktu dan tempat yang tidak sesuai konstitusi.

Mestinya dicari tahu siapa yang memobilisir massa kedua kubu. Masing-masing elit boleh mengklaim massa datang sukarela dan beli kaus sendiri. Tetapi sejarah tanah air mencatat, kesadaran politik massa belum sampai ke sana.

Kita tidak menafikan ada orang-orang tertentu yang atas kesadaran politiknya mau mengeluarkan uang demi kepentingan politik orang lain. Sebutlah karena ada kesamaan agama, etnis dan kepentingan pribadi lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline