Lihat ke Halaman Asli

Yon Bayu

TERVERIFIKASI

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Masa Presiden Tidak Boleh Dikritik?

Diperbarui: 22 Oktober 2016   23:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Presiden Joko Widodo dikenal sebagai pribadi yang tidak ingin menjadikan jabatannya sebagai pembeda. Bukan hal yang dibuat-buat manakala Presiden Jokowi menggeser sendiri kursi yang hendak diduduki, memegang payung atau membasuh wajahnya dengan air laut. Jokowi ingin masyarakat melihat dirinya sebagai pribadi biasa. Dari situ juga Jokowi tidak malu manakala “selip lidah” dalam acara formal sekali pun.

“.... Masa Presiden enggak boleh salah? Presiden kan manusia biasa," tutur Jokowi dengan santai seperti ditulis di sini.

Berangkat dari pemahaman tersebut, menjadi luar biasa manakala kritik kepada Presiden Jokowi dianggap sebagai ungkapan kebencian. Mereka seperti menempatkan Jokowi di level “tak mungkin salah”.

Mestinya kritik dimaknai sebagai kepedulian. Sesekali seorang pemimpin harus dikritik agar tidak lupa dengan janjinya dan (mestinya) dia mau mendengarkan kritik yang disampaikan rakyatnya (anggotanya). Sepahit apa pun, kritik tetap lebih baik daripada pujian palsu.

Kritik tentu berbeda dengan hujatan, dengan caci-maki. Bukan saja arti harfiahnya, namun juga tujuannya. Hujatan lebih pada sikap antipati pada pribadi yang dihujat sehingga penghujat tidak akan pernah dapat melihat sisi baiknya. Kalau sudah antipati- sudah benci, senyum pun dicela.

Ataukah mereka yang menempatkan Jokowi pada level “tidak mungkin salah”, sebenarnya memiliki tujuan lain? Mereka memiliki target tersembunyi dan takut manakala Jokowi jatuh maka idolanya akan ikut tergelincir. Mereka menempatkan Jokowi sebagai bamper untuk melindungi idolanya. Mereka melihat kritik kepada Jokowi hanya “pukulan antara” untuk memukul idolanya!

Semoga Presiden Jokowi tetap menjadi pribadi yang selalu terbuka untuk dikritik. Namun rakyat yang melakukan kritik, juga harus tetap pada koridor kepatutan, kesantunan, dan ikut menjaga marwah presiden. 

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline