Lihat ke Halaman Asli

Yon Bayu

TERVERIFIKASI

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Akhirnya Sandiaga Uno Menggeliat

Diperbarui: 13 September 2016   13:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sandiaga Uno. Kompas.com

Setelah memastikan dukungan partai, Sandiaga Uno akhirnya berani secara terbuka menantang petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Menyambut tantangan Ahok, calon gubernur yang sudah mendapat tiket Partai Gerindra (dan PKS) itu, siap melakukan pembuktian terbalik terkait harta kekayaannya. Bukan hanya bersedia, Uno juga balik menantang Ahok untuk melakukan hal yang sama terutama terkait pajak kekayaan 10 tahun terakhir dan dana kampanyenya.

Serangan balik Sandi- demikian Sandiaga Uno akrab dipanggil, tentu merupakan babak baru dalam hiruk-pikuk politik menjelang gelaran pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017. Selama ini Sandi terkesan ‘merangkul’ Ahok; dari pengakuan anaknya yang membeli kaos yang dijual Teman Ahok, sampai mendatanginya ke Balai Kota. Sandi juga nyaris tidak pernah menyerang pribadi Ahok. Bahkan kritik terhadap beberapa kebijakan Ahok selaku Gubernur DKI, semisal soal harga kebutuhan pokok di DKI yang tinggi, disampaikan dengan ‘santun’.

Tidak heran jika sempat muncul persepsi, Sandi sengaja memunculkan dirinya sebagai antithesis Ahok. Sifat arogan, bertutur kata vulgar dan kasar, menuding dulu dan ngeles belakangan seperti dalam kasus kulit kabel penyebab banjir, dilawan dengan pendekatan humanis dan cara-cara yang ‘teduh’. Meski hasilnya belum efektif karena sebagian masyarakat Jakarta masih menunggu calon-calon lain, terutama yang akan diusung oleh PDIP, namun nama Sandi mulai diperbincangankan di “lorong-lorong kumuh” Jakarta.

Tetapi setelah memastikan dukungan partai, terlepas apakah nantinya berpasangan dengan Sekda DKI Saefullah atau politisi PKS Mardani Ali Sera, Sandi langsung tancap gas. Terlihat sekali Sandi tidak mau lagi menjadi “anak bawang”. Sandi melakukan manuver yang tidak terduga. Persepsi Ahok jika semua orang di republik ini korup, kecuali dirinya, dibalas dengan cantik sekaligus menohok ke titik terlemah Ahok yakni Teman Ahok. 

Bagi mereka yang sedikit paham organisasi, pasti mempertanyakan sumber keuangan organisasi Teman Ahok karena prinsip “tidak ada makan siang gratis” masih berlaku. Hanya mereka yang menganggap Ahok adalah representasi dirinya yang percaya begitu saja jika keuangan Teman Ahok berasal dari penjualan merchandise, kaos dan pernak-pernik lainnya.

Kini masyarakat Jakarta menunggu Ahok dan Sandi benar-benar mau membuka data keuangannya, baik pribadi maupun perusahaanya. Sandi harus menjelaskan terkait nama PT Saratoga Investama Sedaya Tbk yang tercatat sebagai ‘nasabah’ Mossack Fonseca yang belakangan dikenal sebagai skandal Papana Papers.  Ahok juga harus transparan mengenai Teman Ahok. 

Tidak cukup bilang “tidak tahu”, mereka bekerja sendiri, tidak ada campur tangan Balai Kota, dst. Kisah tentang 5 anak muda berjiwa patriotik, bekerja sukarela, mendarmakan waktu dan hidupnya demi Jakarta yang lebih baik, hanya indah sebagai dongeng untuk umatnya yang taklik, yang mendukung karena kesamaan-kesamaan dengan dirinya.

Semoga “Fenomena Ahok” dalam tataran politik negeri ini, dari kemunculan dan gebrakan-gebrakannya yang acapkali membuka ruang-ruang persepsi baru, termasuk terkait pranata kenegaraan dan relasi antar lembaga, melahirkan tradisi baru terkait pembuktian terbalik harta kekayaan para calon penyelenggara negara.

Ahok telah memulai dan saat ini mendapat tantangan balik. Sebagai- meminjam judul lagu Sheila On 7,  “pejantan tangguh”, Ahok diharapkan tidak ngeles (lagi) dengan berbagai argumen. Ahok harus mendorong Sandi membuka asal-usul harta kekayaannya. Namun sebelum melakukan hal itu, sebaiknya Ahok berani menjelaskan secara gamblang poin-poin yang dimaksud Sandi. 

Jika ini terlaksana, maka akan menjadi sumbangsih terbesar Ahok dalam upaya membersihkan pejabat dan calon pejabat korup di negeri ini. Sebab ke depan, model pembuktian terbalik akan menjadi kebutuhan yang tak terelakkan bagi siapa saja yang ingin tampil sebagai pejabat publik- pejabat yang mengelola uang publik.   

salam @yb

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline