Blow up “berita” Surabaya rugi jika ditinggal Wali Kota Tri Rismaharii ke Jakarta terkesan sistematis untuk mengerdilkan para pemimpin dan calon pemimpin di Surabaya lainnya. Seolah Kota Pahlawan itu isinya manusia-manusia tidak berguna sehingga jika tidak dipimpin Risma akan menjadi kota kumuh dan terbengkalai. Mana arek-arek Suroboyo?
Gerakan penolakan terhadap wacana keikutsertaan Risma dalam kontestasi pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, dibarengi dengan pemberitaan yang bernada provokatif oleh media-media mainstream, termasuk kompas.com
Pro kontra warga Surabaya terhadap wacana hengkangnya Risma ke Jakarta, mengingatkan kita pada momentum saat Joko Widodo hendak meninggalkan kursi Wali Kota Solo untuk mengikuti kontestasi pilgub DKI 2012 dan juga saat Jokowi maju sebagai calon presiden dengan meninggalkan kursi gubernur Jakarta. Fakta membuktikan, sepeninggal Jokowi, semua baik-baik saja. Karir politik Jokowi melesat sementara kota-kota yang ditinggalkan pun terus tumbuh dengan baik karena Jokowi sudah meletakkan dasar-dasar pembangunan yang kuat. Jika di Solo Jokowi meninggalkan birokrasi yang bersih dan kota yang tertata baik, hal sama diwariskan juga di Jakarta.
Mengapa (sebagian) warga Surabaya keberatan ditinggal Risma? Jika memang mencintai Risma dan ingin Risma berbuat untuk Indonesia dengan scope yang lebih luas, mestinya warga Surabaya mendukung Risma untuk bertarung memperebutkan kursi gubernur Jakarta. Jangan kecilkan tokoh-tokoh Surabaya yang juga tak kalah hebat dengan Risma. Mereka pun harus diberi kesempatan untuk menunjukkan darma baktinya bagi daerahnya.
Jika Risma benar-benar ke Jakarta dan terpilih menjadi gubernur, bukankah itu juga suatu kebanggaan bagi warga Surabaya karena telah berperan menjadi kawah candradimuka bagi lahirnya pemimpin-pemimpin nasional seperti pada masa perang kemerdekaan dulu? Warga Surabaya mestinya bangga karena bisa “mengekspor” putra-putri terbaiknya untuk memimpin di daerah lain. Terlebih jabatan yang hendak direngkuh Risma jika benar-benar ke Jakarta, memiliki level lebih tinggi.
Jangan berpikir warga Jakarta patheken jika tidak dipimpin Risma. Sebagian warga Jakarta yang menghendaki Risma datang, lebih disebabkan karena ingin memberi panggung politik yang lebih luas kepada beliau. Sangat disayangkan jika tokoh sekelas Risma “hanya” menduduki jabatan wali kota. Risma sangat layak diberi jabatan yang lebih tinggi agar sentuhan tangannya dapat dirasakan oleh warga yang lebih luas lagi. Agar pemikiran-pemikirannya dapat berkembang secara nasional dan mempengaruhi pemimpin-pemimpin daerah lainnya. Hal itu hanya mungkin dilakukan jika beliau ada di Jakarta dengan jabatan gubernur.
Jadi, kepada arek-arek Suroboyo, relakan Risma pergi ke Jakarta. Wakafkan beliau sebagai sumbangsih warga Surabaya untuk Indonesia. Kecuali jika kalian memang tidak mencintai Bu Risma sehingga tetap ingin “mengurungnya” dalam ruang sempit.
salam @yb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H