Lihat ke Halaman Asli

Yon Bayu

TERVERIFIKASI

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Kembali Dipermalu Jokowi, JK Resign?

Diperbarui: 17 Mei 2016   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jokowi kok dilawan!

Awalnya, ungkapan itu hanya dimaksudkan sebagai candaan di kalangan para pemuja Presiden Joko Widodo. Namun setelah mencuatnya kasus Papa Minta Saham, fakta bahwa Jokowi tidak bisa dilawan karena koppig (keras kepala) dan nekad, guyonan di atas seperti mendapat pembenaran. Bahkan Setya Novanto membuat kesimpulan terkait sosok Jokowi dengan kalimat yang kemudian populer: makin dihantam makin kenceng.

Usai gelaran Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) di Bali semua pihak berharap kisruh di tubuh Partai Golkar yang sudah menahun berakhir dengan damai. Semua pihak diharapkan dapat menerima Setya Novanto sebagai ketua umum yang baru. Para calon ketua umum, terutama Ade Komarudin, juga sudah menyatakan legowo- bahkan menolak digelar putaran kedua, sehingga kecil kemungkinan akan kembali terjadi friksi, apalagi sampai muncul partai sempalan sebagaimana munas-munas Golkar sebelumnya. Dari Seoul, Presiden Jokowi pun sudah mengapresiasi pemilihan itu dan menghormati pilihan kader Golkar.

Namun dari sudut istana wakil presiden, Jusuf Kalla (JK) belum memberikan ucapan selamat kepada Setya Novanto (Setnov). Melalui Husain Abdullah- juru bicaranya, JK hanya mengapresiasi proses pemilihan yang menurutnyaa bagus.  Padahal saat ini semua warga Golkar tengah menunggu sabdanya. Diharapkan pernyataan JK menjadi penuntas potensi kekisruhan. Ya, harapan itu muncul karena warga Golkar sempat terbelah akibat persaingan sengit JK yang mendukung Ade Komarudin (Akom) dengan Luhut Binsar Panjaitan (LBP) yang mem-back up Setnov. Persaingan keduanya bahkan diungkap langsung oleh Jokowi saat membuka Munaslub sehingga kemudian muncul berbagai macam spekulasi.

Salah satu spekulasi yang kini mulai terdengar adalah kemungkinan JK akan mundur dari jabatan wakil presiden. JK merasa Jokowi sudah bukan lagi tandemnya. JK merasa Jokowi sudah menggunakan tangan LBP untuk menjegal jagoannya di arena Munaslub. Hal itu sangat menyakitkan bagi JK. Terlebih sebelumnya Jokowi sudah beberapa kali ‘mempermalu’ JK di depan publik.

Pertama saat JK menegur Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi terkait keputusannya membekukan PSSI. JK yang dekat dengan ketua PSSI La Nyalla Mattalitt tidak setuju dengan keputusan Menpora. Namun tidak sampai sehari, Presiden Jokowi langsung meresponnya dengan memberikan dukungan terhadap keputusan Menpora. Alhasil pembekuan itu sempat berjalan setahun sebelum kemudian dicabut yang diikuti dengan pencabutan sanksi dari FIFA.

Kedua, perombakan kabinet. JK merasa tidak nyaman ketika Jokowi mengangkat Rizal Ramli sebagai Menko Kemaritiman menggantikan Indroyono Soesilo. Sudah sejak lama Rizal Ramli selalu kritis terhadap sepakterjang JK, terutama terkait dengan bisnisnya. Benar saja. Hanya sehari setelah pelantikan, Rizal Ramli (RR) langsung membuat pernyataan kontroversial yang semuanya menyudutkan JK yakni soal rencana pembelian pesawat Airbus A350 oleh Garuda Indonesia dan proyek pembangkit 35 ribu MW. RR menegaskan akan melakukan evaluasi terhadap dua hal tersebut sehingga mengundang amarah JK. Keduanya lantas terlibat perang opini secara terbuka di media massa.

Ketiga, pembangunan kilang gas Blok Masela  di lepas pantai Arafuru, Maluku. JK setuju dengan kilang terapung (offshore) yang disodorkan Inpex Masela Ltd sebagai perusahaan penemu ladang gas tersebut. JK didukung oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said dan sejumlah ekonom handal. Namun RR punya pandangan lain. 

RR kemudian memasukkan proposal pembangunan kilang Blok Masela yang bertentangan dengan JK. RR menghendaki kilang gas Blok Masela dibangun di darat (onshore). Perang opini pun pecah sehingga membuat rakyat kebingungan. Di ujung, Jokowi kembali mempermalu JK karena setuju dengan usulan RR dengan alasan selain menyangkut biaya yang terlalu mahal, jika kilang dibangun di laut (offshore), kurang memberikan manfaat bagi masyarakat Maluku.

Terakhir beda pendapat terkait siapa yang lebih tepat untuk mengendalikan Golkar. JK sudah melakukan berbagai manuver untuk mengambilalih Golkar, termasuk menjadi ketua Tim Transisi, yang kemudian dipatahkan oleh Aburizal Bakrie atas restu Jokowi seperti pernah ditulis di sini

Perjuangan JK pun antiklimaks setelah Setnov yang didukung LBP (baca: Jokowi) sukses mempecundangi Akom yang dijagokan JK di arena Munaslub Golkar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline