Lihat ke Halaman Asli

Yonathan Christanto

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

"Ashfall", Ketika Bencana Alam Memaksa Manusia Melawan Kemustahilan

Diperbarui: 15 Januari 2020   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ashfall menjadi sajian yang tak boleh dilewatkan oleh para penggemar aksi dan disaster movie. (Sumber: GaragePlay)

Gunung Baekdu yang terletak di antara perbatasan Korea Utara dan China meletus setelah ratusan tahun tertidur pulas. Menyebabkan kerusakan parah mulai dari Pyongyang di utara hingga Seoul di Selatan.

Bencana besar terjadi, namun manusia tidak siap untuk menghadapinya. Dan dengan sedikit waktu yang tersisa sebelum letusan final terjadi, usaha untuk 'berdamai' dengan sang raksasa pun dilakukan. 

Usaha yang harus dilakukan dengan perhitungan matang, misi penuh risiko dan pengorbanan yang sangat besar demi menghindari kehancuran di Semenanjung Korea.

Soompi.com

Itulah sedikit gambaran dari cerita yang diangkat dalam film Ashfall garapan Kim Byung-seo (Cold Eyes) dan Lee Hae-jun (My Dictator, Like a Virgin). Sebuah 'disaster movie' yang kembali mengangkat tema manusia melawan alam, bahkan bisa dibilang manusia melawan kemustahilan.

Film ini di negara asalnya juga memecahkan rekor box office dengan 4 juta penonton di 4 hari penayangannya. Juga menambah katalog film tentang bencana alam asal Korea Selatan yang sebelumnya sudah kita kenal lewat film seperti Pandora dan Haeundae (Tidal Wave).

Setidaknya ada 3 hal menarik yang bisa kita dapatkan dalam film ini. Pertama adalah cerita, kemudian deretan pemerannya, dan yang ketiga tentu saja visual dan CGI-nya.

Dari segi cerita, Ashfall bisa dibilang cukup memenuhi syarat sebagai disaster movie yang menghibur. Bencana alam gunung berapi yang menjadi tema utamanya, lantas dilengkapi dengan tambahan konflik yang dialami oleh para karakternya. Ada cerita di dalam cerita.

Hancinema.net

Penulis juga mencatat bahwasanya fokus cerita terbagi tiga yang kemudian disampaikan melalui 3 sudut pandang karakter di dalamnya. Yang pertama dari sudut pandang Jo-in Chang (Ha Jung-woo), seorang penjinak bom yang terpaksa ditugaskan sebagai komandan pasukan khusus. 

Kemampuan taktikal Jo minim, lantas menimbulkan konflik batin bagi dirinya sendiri. Apalagi kala harus berhadapan dengan Lee Joon-Pyeong (Lee Byung-hun), seorang menteri asal Korea Utara yang memang ditargetkan untuk bisa 'bekerja sama' untuk mengatasi bencana ini.

Variety.com

Kedua aktor ini mampu memberikan performa yang apik terkait love-hate relationship yang mereka alami. Karena tak hanya mampu memunculkan momen penuh emosi dan bertensi tinggi terkait ego Utara-Selatan, namun juga mampu melemparkan jokes yang cukup jenaka melalui dialog mereka berdua hingga mampu membuat satu studio tertawa lepas.

Dua karakter ini juga seakan menjadi kritik sosial terkait bagaimana kondisi sebenarnya antara Korea Utara dan Korea Selatan, juga bagaimana kondisi ideal yang seharusnya dibangun antara Korea Selatan dan Korea Utara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline