Ketika dirilis 3 tahun lalu, The Angry Birds Movie sontak membuat kejutan banyak orang saat itu. Selain karena dirilis kala hype gimnya sudah menurun, film ini secara mengejutkan mampu mengadaptasi unsur-unsur dalam video gimnya dengan cukup unik, lucu dan khas. Meskipun memang secara kritik film ini tak benar-benar bisa mendapatkan rating tinggi.
Cukup sukses secara komersil meskipun tidak secara kritik, membuat franchise si burung pemarah ini melanjutkan kisahnya ke dalam film bertajuk The Angry Birds Movie 2. Film pertamanya yang diproduksi dengan biaya 73 Juta USD ini berhasil mencetak angka worlwide gross sebesar 352 Juta USD.
Film keduanya pun pada akhirnya dirilis di bulan Agustus 2019 ini dengan biaya sedikit lebih murah yaitu 65 Juta USD. Lantas, apakah film keduanya ini mampu melewati kualitas film pertamanya?
Sinopsis
Kawanan burung pemarah yang tak bisa terbang dan babi hijau yang terpisah dalam pulau bernama Bird dan Pig Island, kini menjadikan kegiatan saling lempar melalui ketapel sebagai prank rutin yang menyenangkan sekaligus menyebalkan. Perang ketapel pun terus dilakukan hingga kemudian himbauan gencatan senjata dari pemimpin babi hijau, Leonard(Bill Hader), diterima oleh Red(Jason Sudeikis) di Bird Island.
Red dan kawanan burung lain pun segera sadar bahwa ternyata ada ancaman lain yang jauh lebih besar dibalik permintaan gencatan senjata tersebut. Ancaman yang ternyata bakal merusak keseluruhan alam dan habitat baik di Bird Island maupun di Pig Island.
Kawanan burung dan babi hijau pun kini mau tidak mau harus bersatu untuk melawan musuh yang ternyata jauh lebih besar, cerdik dan ambisius ini sembari mempertahankan pulau yang menjadi rumah mereka.
Sekuel yang Lebih Fun dan Seru
Sajian humor repetitif, plot yang membosankan dan kualitas animasi yang cenderung standar, menjadi beberapa sebab yang membuat film pertamanya tak terlalu menghebohkan. Namun pada film keduanya ini, justru memiliki banyak peningkatan signifikan di berbagai sisi yang membuatnya cukup layak untuk ditonton.
Sajian humor jelas menjadi poin pertama yang disorot pada film ini. Humor slapstick dengan tingkat kebodohan dan kerecehan maksimalnya, jelas menjadi pembeda sekaligus sumber tawa yang mampu mengocok perut selama film berlangsung.
Berbagai selipan lagu-lagu era 80-90'an yang muncul pada adegan yang tak diduga-duga, jelas menjadi penambah kelucuan film ini. Lagu-lagu semisal All by Myself, I Don't Wanna Wait-nya Paula Cole hingga Baby Shark menjadi selipan pop culture yang pastinya mampu mengocok perut sekaligus mengundang sing along seisi bioskop.