Sebuah cerita tentang perjalanan di lorong stasiun kereta bawah tanah kota New York, menjadi cerita pembuka dalam wawancara eksklusif antara penulis TheGuardian.com, Steve Rose dengan sutradara film Us, Jordan Peele.
Suasana mencekam nan sepi stasiun bawah tanah kota New York di malam hari, hingga hanya menyisakan sebuah bayangan diri sendiri yang menemani perjalanan tiap orang yang melewatinya, menjadi inspirasi bagi Peele untuk membuat film Us ini.
Nama Jordan Peele sendiri mencuat ke permukaan kala di tahun 2017 silam dirinya sukses besar dalam menggarap film horror psikologis, Get Out. Film yang tak hanya berisi adegan-adegan mengerikan namun juga mengandung isu rasial serta permainan visual imajinatif sang sutradara ini, lantas dianugerahi gelar Best Original Screenplay di ajang Oscar 2018 lalu.
Tak hanya itu, film yang dibuat dengan budget hanya 4,5 juta USD tersebut berhasil mendapatkan pundi-pundi luar biasa dari peredarannya di seluruh dunia, yaitu sebesar 250 juta USD.
Passion di dalam kisah horror itulah yang menyebabkan Peele kembali lagi mempersembahkan sebuah film horror di tahun 2019 ini. Tak hanya tentang horror penuh darah atau hujan teriakan, Us yang menjadi judul horror terbaru Peele, membawa penonton ke sebuah babak baru horror yang membuat otak berputar.
Begitu banyaknya metafora dan alegori terhadap kondisi sosial masa kini, membuat Us juga menjadi sebuah film horror yang tak hanya memacu adrenalin, namun juga memaksa kita untuk tetap terjaga menyimak segala clue yang diberikan di sepanjang film.
Sinopsis
Santa Cruz, California, menjadi pilihan bagi keluarga Wilson untuk menikmati liburan mereka. Sang ayah, Gabe Wilson(Winston Duke), ingin menyenangkan anak-anak mereka yaitu Zora(Shahadi Wright Joseph) dan Jason(Evan Alex), dengan mengajaknya berwisata di pantai Santa Cruz yang ramai dan memiliki banyak wahana bermain.
Namun ternyata rencana tersebut tak sepenuhnya disetujui oleh sang istri, Adelaide(Lupita Nyong'o). Adelaide yang memiliki masa lalu kelam di pantai tersebut, masih merasa bahwa teror yang mendatanginya bertahun-tahun lalu, berusaha untuk kembali mengejar dirinya.
Ketakutan tersebut pada akhirnya benar-benar terbukti di malam itu. Empat orang yang nampak seperti keluarga datang ke kediaman mereka dan mencoba mengganggu ketenangan mereka. Berpakaian serba merah dan bersenjatakan gunting emas, satu keluarga tersebut ternyata merupakan doppelganger atau kembaran keluarga Wilson yang menuntut sesuatu dari Gabe, Adelaide dan anak-anaknya.