Lihat ke Halaman Asli

Yonathan Christanto

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

[IMLEK] Ini Cucumu, Ma !

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aku bergegas masuk ke dalam mobilku. Kupanaskan mesinnya sebentar untuk kemudian aku lanjutkan menempuh perjalanan panjang pada hari itu. Di sebelahku, istriku duduk dengan tenangnya sambil menyusui bayi kami yang belum genap setahun. Bandung, adalah tujuanku hari itu. Ya, kami sekeluarga akan pergi ke Bandung untuk merayakan imlek bersama keluarga besarku. Sebuah momen berkumpul yang jarang ditemui karena semua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

"Sabar sedikit sih mas, gak usah ngebut", kata istriku.

"Enggak bisa sayang, kita harus cepat. Kalau tidak semuanya bisa terlambat. Bisa sia-sia semua perjalanan kita", sahutku kemudian.

"Ya sudah terserah kamu. Tapi hati-hati lho, ingat kita bawa anak kecil. Kan gak lucu kalau kecelakaan", balas istriku kemudian. Aku memandang istri dan anak pertamaku dengan rasa sayang untuk kemudian laju mobil kupelankan agar tidak terkena celaka di perjalanan nanti.

Di perjalanan, aku meneteskan air mata. Entah itu air mata bahagia, haru atau sedih. Semua bercampur jadi satu. Di sebelahku, istriku berkali-kali memandangku dengan penuh rasa sayang dan terus mengusap air mata yang mengalir di pipiku. Entah mengapa aku menangis, padahal aku akan bertemu keluarga besarku dan ibuku disana.

Akhirnya, 3 jam perjalanan berhasil aku lewati dan tibalah aku di kediaman keluarga besarku. Aku berlari dan kemudian berteriak dengan kencangnya. "Ma, aku pulang !!", "Ma, ini cucumu ma !!", teriakku. Aku bergegas pergi ke arah ibuku dan kupeluk dia sambil kuciumi pipi dan keningnya sambil terus air mata ini tak henti-hentinya mengalir. "Ma, aku pulang. Aku sudah menepati janji mama bahwa aku akan menghadiahkan mama seorang cucu di imlek tahun ini, ma", kataku kemudian. "Ma, bangun ma. Ayo sambut cucumu ini !", aku melanjutkan.

Tak berapa lama saudaraku beserta istriku menarikku untuk menenangkanku. Aku kemudian hanya diam dan membisu dan tak henti-hentinya memandangi tubuh ibuku yang sudah tak lagi bergerak. Ya, beliau sudah meninggal tepat sehari sebelum perayaan imlek hari itu. Tak berapa lama kemudian, akhirnya jasad ibuku dibawa ke krematorium untuk dikremasi dan akhirnya menghilang untuk selamanya dan hidup tenang di surga sana.

Kembali aku teringat akan kata-kata ibuku bahwa beliau menginginkan kado yang sederhana yaitu menginginkan cucu laki-laki pada saat perayaan imlek, karena memang hanya aku yang belum memiliki anak dari 6 bersaudara di keluargaku. Aku sudah menepatinya dengan susah payah. Karena menurut dokter, aku mengalami kemandulan dan sudah hampir 7 tahun aku belum dikaruniakan anak. Namun apa yang terjadi kemudian adalah ibuku sendiri tidak bisa melihat cucu yang beliau idam-idamkan.

Memang hidup ini selalu ada sukacita di satu sisi dan kesedihan di sisi lainnya. Selalu ada kedatangan disetiap kepergian. Selalu ada kemenangan namun juga selalu ada harga yang harus dibayar.

Aku berkumpul bersama 5 saudaraku lainnya sambil mengucap doa untuk ibuku bersama seluruh anggota keluarga besar yang hadir sebelum proses kremasi dilakukan.Aku menggendong anakku dan berkata untuk terakhir kalinya, "Ini cucumu, ma. Jaga dia dari surga sana".

Proses kremasi pun dilakukan. Setelah selesai kami pun pulang. Di perjalanan, aku melihat dan melewati klenteng yang dipenuhi orang, angpao dipegang anak-anak, petasan diledakkan dimana-mana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline